Kalsel

Serunya Baayun Maulid di Museum Lambung Mangkurat: Dari Bayi hingga Nenek-Nenek

apahabar.com, BANJARBARU – Baayun Maulid menjadi cara masyarakat melestarikan tradisi Banjar. Tahun ini, salah satu prosesi…

Featured-Image
Ratusan peserta memenuhi halaman Museum Lambung Mangkurat sejak pagi tadi untuk mengikuti Baayun Maulid. Foto-foto: apahabar.com/Nurul Mufida

bakabar.com, BANJARBARU – Baayun Maulid menjadi cara masyarakat melestarikan tradisi Banjar.

Tahun ini, salah satu prosesi merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW itu digelar pada Kamis (14/10) pagi, di halaman Museum Lambung Mangkurat.

Tahun-tahun sebelumnya, Baayun Maulid selalu digelar di Rantau, Kabupaten Tapin. “Setiap tahun ini kita lakukan di museum sudah beberapa kali lah, untuk melestarikan tradisi sejak abad ke-17 ini,” ujar Koordinator Fungsional, Pamong Budaya Ahli Madya Museum Lambung Mangkurat Dwi P. Sulaksono.

Pantauan bakabar.com, sejak pagi tadi ratusan peserta mengikuti tradisi ini. Mereka terdiri dari bayi hingga orang dewasa. Ada yang berasal dari Banjarbaru, hingga Kalimantan Tengah.

“Ada 146 peserta terdiri dari 58 laki-laki dan 88 perempuan. Tahun ini peserta tertua berusia 80 tahun dan peserta termuda bayi berusia 21 hari,” ucapnya.

Sementara, Slamet Riyadi, Ketua Panitia menjelaskan makna dan alasan mengapa kini tidak hanya bayi, melainkan orang dewasa juga ikut Baayun Maulid.

“Dulu peserta yang mendaftar dikhususkan untuk bayi karena dasar cerminan pasrah dan merendah, namun semakin berkembang zaman, diikuti oleh orang dewasa,” jelasnya.

Hal itu karena banyak orang yang bernazar jika harapannya terpenuhi akan melakukan Baayun Maulid. “Ya ada banyak alasan orang dewasa ikut, salah satunya karena nazar,” paparnya.

Untuk diketahui, peserta terjauh tahun ini berasal dari Kapuas, Kalimantan Tengah. “Kami datang bersama keluarga, ingin tahu seperti apa sih Baayun Maulid dan ingin tahu seberapa rame acara ini, sekalian bersosialisasi dengan orang yang bukan berasal dari Kalteng,” ujar Mulyono, orang tua dari peserta atas nama Kenzo.

Selain itu, alasannya untuk hadir mengingat ketiadaan tradisi serupa di Kalteng. “Kami hanya ingin merayakan maulid, untuk kepercayaaan mengikuti Baayun Maulid terhadap mitos-mitos terdahalu itu tidak sih yaa, benar benar karena ingin tahu,” paparnya.

Ditemui di tempat terpisah, peserta Baayun Maulid dengan usia tertua 74 tahun bernama Rosinah asal Martapura mengatakan ingin mengingat masa kecilnya. “Saya ingin mengingat masa kecil, sambil mendoakan anak kita berhasil dan sukses semoga bisa naik haji,” ujarnya.

Rosinah mengungkapkan niatnya ini sudah dari tahun lalu. Namun saat itu ia tak berkesempatan mengikuti Baayun Maulid karena kuota yang sudah penuh.

“Dikasih tahu mau ikut dengan tetangga, tahun tadi mendaftar sudah habis kuota-nya jadi ikut tahun ini,” ungkapnya kepada bakabar.com. “Pertama kali ini mengikuti dan senang rasanya bisa mengikuti ini di usia setua ini,” ujarnya.

Tak cuma muda-mudi ataupun orang tua, Baayun Maulid kali ini juga dihadiri oleh Asisten Bidang Administrasi Umum Pemprov Kalsel Heriansyah, dan Wakil Wali Kota Banjarbaru, Darmawan Jaya.

Baca Juga:4.960 Orang Ikuti Tradisi Baayun Maulid di Tapin

Baca Juga: Baayun Maulid Museum Banjarbaru antara Nazar dan Tradisi Keluarga

Reporter: Nurul Mufidah
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner