Kalsel

Perjuangan Guru Honorer Di Banjarmasin Demi Menghidupi Keluarga

apahabar.com, BANJARMASIN – Guru merupakan pelita dalam hidup. Namun, pekerjaan mulia itu belum sebanding dengan honor…

Featured-Image
Khuzaini (24) di antara muris SDN Telum Dalam 3 Banjarmasin. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi.

bakabar.com, BANJARMASIN – Guru merupakan pelita dalam hidup. Namun, pekerjaan mulia itu belum sebanding dengan honor yang diterima.

Tak jarang, jika mereka harus banting tulang untuk menambah penghasilan di luar demi menghidupi keluarga. Seperti yang dilakukan Khuzaini (24).

Statusnya sebagai guru honorer di SDN Teluk Dalam 3 Banjarmasin, hanya menerima Rp900 ribu per bulan.

Dengan honor segitu, dapat dipastikan untuk hidup sendiri tidak cukup. Apalagi sudah bekeluarga.

Namun, Khuzaini tidak menyerah. Demi sebuah pengabdian, dia rela bertahan. Mengajar sejak pagi hingga jelang tengah hari dilakukan.

Selepas itu, untuk menutupi kekurangan dia bekerja sebagai driver ojek online. Usai mengajar bukannya pulang untuk istirahat. Melainkan langsung menuju tempat mangkalnya.

Berseragam jaket warna hijau, lelaki itu terus memandangi smartphone di tangan. Menunggu orderan masuk via aplikasi di ponselnya. Statusnya sebagai guru agama, mana ada yang tahu.

“Ya tambah-tambah penghasilan lah, lumayan untuk kebutuhan keluarga," ujar pria yang baru awal tahun ini sebagai driver ojek online.

Dari pekerjaan sambilannya itu, Khuzaini bisa mendapatkan Rp500 ribu. Setiap hari tarikan orderan 6 kali.

“Setelah nyambi ojek online ini ya lumayan. Ada tambahan pemasukan. Beruntung masih terbantu karena kita berkeluarga juga dan istri saya dalam posisi mengandung," terangnya.

Guna menyiapkan persalinan dan perlengkapan bayi, dia dituntut untuk bekerja keras. Tak peduli cuaca panas dan hujan, termasuk jika mendapat pelanggan yang cerewet.

“(Soalnya) Kita belum ada tabungan untuk lahiran, mudahan-mudahan ada rezekinya ke depan,” ujarnya penuh harap.

Menurutnya untuk gaji guru honorer yang diterima lebih baik dibandingkan awal masuk. Ketika itu dia hanya menerima Rp500 ribu. Baginya, gaji kecil adalah risiko pengabdian. Apalagi sejak kecil dia memang bercita-cita menjadi guru.

Baca Juga: Hari Guru, Honorer di Banjarmasin Diupah Rp 150 Ribu

Baca Juga: Lima Ide Hadiah di Hari Guru Nasional

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin

Tags
Kalsel


Komentar
Banner
Banner