bakabar.com, BANJARBARU – Belajar pengelolaan tanaman berbasis digital, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, Hanif Faisol Nurofiq,
terbang ke Finlandia selama sepuluh hari. Tak hanya sendiri, Hanif ditemani dengan delapan orang pejabat eselon III dan dosen ULM Fakultas Kehutanan.
"Ada sembilan orang ke Finlandia pada tanggal 15 - 24 November. Enam orang eselon III (Dishut dan UPT), satu orang eselon 4, Kadis, dan dosen senior Fakultas Kehutanan ULM," kata Hanif Faisol Nurofiq ketika melakukan jumpa pers di halaman kantor Dishut Kalsel pada Selasa (11/11).
Menurut Hanif, mereka belajar pengelolaan tanaman berbasis digital lewat aplikasi e-service, mulai pembibitan, perawatan, dan pemasaran hasil tanaman.
Ia memaparkan alasan, mengapa memilih Finlandia, karena sudah dapat menata luas hutan mereka dengan bagus.
“Kemarin ada berkoordinasi dengan kementerian dan Kebetulan Finlandia dan Swedia menjadi barometer pembangunan kehutanan Internasional karena dengan luas hutan mereka yang hampir 80 persen dari luas daratannya dapat terkelola dengan baik” lanjutnya.
“Kendala yang besar seperti adanya musim salju sudah bukan jadi kendala mereka, dan ini model yang mau kita aplikasikan ke Kalsel dan Indonesia,” sambungnya.
Timnya, lanjutanya, perlu belajar e-service demi memudahkan pemantauan setiap tanaman.
Oleh karena itu, ia akan segera berangkat dan sesampainya disana juga langsung menjajaki konsep.
“Desain konsep disana bisa mengelola 600.000 mozaik tertata rapi, kita akan tiru dia, kita dengan luasan yang tidak terlalu luas tentunya akan menjadi mudah,” jelas Hanif.
Ia mengilustrasikan pola macam ini seperti perawatan kendaraan yang serba computerize. Jika tanaman sudah saatnya diberi pupuk, maka sistem akan menginstruksikan segera diberi perawatan berkala.
“Kita sudah punya beberapa mekanisme aplikasi online, yang fungsi nya akan kita perlebar setelah pulang dari Finlandia secara umum semua materi itu akan di berikan besok di Finlandia,” ungkapnya.
Ia berharap pola ini akan mulai efektif bekerja pada 2020.
“Dengan menghadapi revolusi 4.0 yang semuanya harus berbasis online.
Kita menggagas forest city berarti harus 50 persen areal itu hutan. Semua wilayah komplek pemerintah akan ditanami. Kita akan kerjakan di 2020,” paparnya.
Hanif optimis dengan belajar dan menerapkan e-service ke depannya hasil perhutanan akan dikerjakan teratur mulai hulu sampai hilirnya. Sebab, selama ini ia mengakui pola penanaman dan hilirisasi hasil hutan kurang optimal, sehingga belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan warga lokal.
"E-service bisa detail, pemasaran ke mana. Hilirnya masih lemah, kami ingin orientasi pasar atau hasil. Selama ini cost center, bukan profit center. Ini yang bikin kegiatan kami gagal, belum berdampak ke ekonomi masyarakat," tutup Hanif.
Baca Juga:Tingkatkan Pengelolaan Kawasan Hutan Konservasi, Tahura Sultan Adam Gelar Rak
Baca Juga: Penyulaman Tanaman Kakija di Perkantoran Sekretariat DaerahKalsel
Reporter : Nurul Mufidah
Editor: Muhammad Bulkini