Religi

Jelang Haul Datuk Abdusshamad Bakumpai, Penyeru Islam Di Pesisir Sungai Barito

apahabar.com, MARABAHAN – Meski lebih dari seabad berpulang, jasa Datuk H Abdusshamad bin Mufti H Jamaluddin…

Featured-Image
Sebelum dikenal dengan nama kubah seperti sekarang, tempat ini merupakan pusat penyebaran Islam di pesisir Sungai Barito yang dilakukan Datuk Abdusshamad. Foto-apahabar.com/Bastian

bakabar.com, MARABAHAN – Meski lebih dari seabad berpulang, jasa Datuk H Abdusshamad bin Mufti H Jamaluddin bin Maulana Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari tak lekang dimakan zaman.

Sudah 124 tahun sosok yang bergelar Qadhi Bakumpai tersebut meninggal dunia, tepatnya 13 Safar 1317 Hijriah atau 22 Juni 1899 silam. Haul Sang Qadhi tersebut akan diselenggarakan di Marabahan, Sabtu (12/10).

Datuk Abdusshamad merupakan generasi ketiga atau cucu Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari, dari pasangan Mufti Haji Jamaluddin bin Maulana Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari dan Samayah binti Sumandi.

Lahir di Marabahan, tepatnya Kampung Bentok, 24 Dzulqaidah 1237 Hijriah atau 12 Agustus 1822. Datuk Abdusshamad banyak mendapatkan bimbingan Islam dari sang ayah.

Kemudian oleh sang ayah, Datuk Abdusshamad dititipkan kepada beberapa kerabat di Martapura untuk memperdalam ilmu-ilmu Islam.

Setelah beberapa tahun, Datuk Abdusshamad dipanggil pulang ke Marabahan untuk berdakwah di Bakumpai atau Marabahan hingga ke pedalaman hulu Sungai Barito.

Tidak berapa lama pasca kepulangan ke Marabahan, Datuk Abdusshamad menikahi Sitti Adawiyah binti Buris. Mereka lantas dikaruniai empat anak bernama Zainal Abidin, Abdurrazzak, Abu Thalhah dan Siti Aisyah.

Kemudian bersama Abdurrazzak, Datu Abdusshamad berangkat menuntut ilmu ke Mekah, sekaligus menunaikan ibadah haji.

Tidak cuma Abdurrazzak, Abu Thalhah juga diajari ilmu-ilmu keagamaan, ketika diboyong sang paman, Haji Muhammad Thasin, ke Dalam Pagar Martapura.

Selama berada di Tanah Suci, Datuk Abdusshamad bertemu dengan Al Allamah Haji Jamaluddin bin Haji Abdul Hamid Qusyasi.

Jamaluddin merupakan keponakan Datu Abdussmad yang sudah menuntut ilmu selama 21 tahun di Mekah. Keseluruhan Jamaluddin menempuh pendidikan keagamaan selama 40 tahun di Mekkah.

Sebaliknya Datuk Abdusshamad hanya belajar sekitar 9 tahun. Kendati lebih singkat, Datuk Abdusshamad berhasil menuntut berbagai macam cabang ilmu agama seperti fiqih dan tashawwuf.

Selama 9 tahun itu, Datuk Abdusshamad bertemu beberapa guru tashawwuf seperti Al Alimul Allamah Syeikh Khatib Sambas. Juga Syeikh Sulaiman Al Zuhdi An Naqsyabandi yang memberi Datuk Abdusshamad ijazah dan mursyid tarekat Naqsyabandiyah-Qadiriyah.

Datuk Abdusshamad juga berguru kepada Syeikh Sulaiman bin Muhammad Sumbawa yang merupakan murid Mawlana Syeikh Muhammad Saleh Rais Asy Syafi’i, sekaligus dianugerahi ijazah mengajar tarekat Syadziliyah.

Dalam beberapa riwayat, cara belajar Datuk Abdusshamad tak seperti kebanyakan orang. Semua ilmu ditumpahkan para guru ke dada Datuk Abdusshamad. Dalam istilah Banjar, metode ini disebut baluruk.

Kemampuan itu sempat diragukan Jamaluddin, ketika Datuk Abdusshamad berpamitan pulang ke Marabahan, setelah 9 tahun berada di Mekah.

Kemudian untuk menghilangkan keraguan tersebut, Jamaluddin menguji kedalaman ilmu sang paman melalui diskusi alot. Diskusi ini dimuat dalam manaqib Datuk Abdusshamad berdasarkan keterangan Tuan Penghulu Haji Matnur Dalam Pagar.

Pembicaraan itu sampai kepada permintaan Jamaluddin agar Datuk Abdusshamad membuktikan ilmu syariat dan hakikat yang diperoleh.

Untuk menjawab permintaan Jamaluddin, Datuk Abdusshamad lantas mengerjakan salat sunat dua rakaat. Belum habis satu rakaat, Datuk Abdusshamad seketika lenyap dari pandangan Jamaluddin.

Menjelang salam penutup salat, tubuh Datuk Abdusshamad tampak kembali. Jamaluddin pun langsung mempersilakan Datuk Abdusshamad lebih dulu pulang.

Setelah meninggalkan Mekah, Abdusshamad kembali ke Marabahan untuk melanjutkan dakwah. Rumah Datuk Abdusshamad pun didatangi penuntut ilmu dari daerah sekitar.

Juga setiap Ramadan, berdatangan alim ulama dari Martapura, Banjarmasin dan Hulu Sungai untuk berkunjung dan belajar. Tempat mereka berkumpul dulu diyakini merupakan tempat Datu Abdusshamad dimakamkan sekarang.

Aktivitas dakwah Datuk Abdusshamad tidak hanya terpusat di Marabahan. Dalam berbagai kesempatan, Datuk Abdusshamad melakukan perjalanan berbulan-bulan ke Banjarmasin, Martapura dan Hulu Sungai.

Datuk Abdusshamad juga menyisir kampung-kampung sepanjang Sungai Barito, sehingga tidak mengherankan kalau beberapa suku Dayak ikut memeluk Islam.

Setelah Datuk Abdusshamad wafat, dakwah yang telah dirintis dilanjutkan banyak keturunan hingga sekarang. Termasuk Al Alimul Fadhil H Muhammad Sibawaihi, Al Alimul Fadhil H Muhammad Qasthalani dan Al Alimul Fadhil H Muhammad Asqalani.

Baca Juga: Hadiri Haul Datu Taniran, M. Noor Senang Lihat Umat Islam Bersatu

Baca Juga: Haul Surgi Mufti ke-93, Jemaah Makin Membludak

Baca Juga:Tingkatkan Ketaqwaan, Darmawan Jaya Apresiasi Acara Haul Akbar di Banjarbaru

Baca Juga: Antisipasi Banyaknya Jemaah, Panitia Haul Habib Abdurrachman Baraqbah Tentukan Peta Jalur

Baca Juga: Jelang Haul Habib Abdurrachman Baraqbah, Panitia Gelar Rapat Gabungan

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner