Kalsel

Ini Penyebab Bayi Hidrosefalus Di Batola Belum Dioperasi

apahabar.com, MARABAHAN – Harapan pasangan Syafruddin dan Alin Marlina memperoleh anak perempuan, memang telah terpenuhi. Namun…

Featured-Image
Pengidap hidrosefalus di Barito Kuala, Nadhifa Kayla Almayra, tertidur pulas dalam ayunan sembari ditemani sang ibu, Rabu (9/10). Foto-Bastian Alkaf/apahabar.com

bakabar.com, MARABAHAN – Harapan pasangan Syafruddin dan Alin Marlina memperoleh anak perempuan, memang telah terpenuhi. Namun mereka dicoba dengan kondisi sang bayi yang menderita hidrosefalus bawaan.

Diberi nama Nadhifa Kayla Almayra, bayi yang lahir 28 November 2018 ini merupakan satu-satunya anak perempuan Syafruddin dan Alin.

Sebelumnya pasangan yang menetap di Jalan Putri Junjung Buih RT 5 RW 3 Marabahan tersebut telah dikarunia tiga anak laki-laki.

Hanya kelahiran Nadhifa dibarengi dengan penyakit hidrosefalus, kelainan tabung syaraf (meningokel) dan kaki bengkok (talipes). Sedangkan mata bayi ini tidak masih tidak merespon sampai sekarang.

Nadhifa juga sempat dirawat di RSUD Ulin selama 1,5 bulan akibat radang paru dalam usia 5 bulan. Selama perawatan radang paru, Nadhifa sempat dibantu Bupati Barito Kuala Hj Noormiliyani AS.

“Kondisi Nadhifa sebenarnya sudah terdeteksi sejak usia kandungan 6 bulan. Tidak cuma hidrosefalus, meningokel juga sudah terlihat. Sedangkan talipes baru diketahui seusai persalinan,” papar Alin, Rabu (9/10).

“Operasi sudah dilakukan ketika Nadhifa berusia 2 minggu di RSUD Ulin. Namun sejak Juli 2019, selang VP shunt buntu. Padahal selang itu yang membantu mengeluarkan cairan dari kepala Nadhifa,” imbuhnya.

Dengan demikian, Nadhifa harus menjalani operasi ulang untuk memasang shunt. Tanpa operasi tersebut, kepala sang bayi semakin membesar.

“Terkadang akibat tekanan cairan di kepala, Nadhifa kejang-kejang sampai seluruh badan membiru. Napas Nadhifa juga bisa terhenti beberapa menit,” beber Alin.

Sedianya Nadhifa bisa segera dioperasi lagi di RSUD Ulin, mengingat sang ayah masih mengantongi Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang berlaku hingga Desember 2019.

“Namun kami juga membutuhkan biaya menunggu di rumah sakit, transport untuk kontrol setiap minggu pasca operasi dan membeli sepatu terapi. Sementara pendapatan kami sebagai orangtua, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” lirih Alin.

Selain berusaha sedikit menabung, Alin lantas mengunggah kondisi sang anak melalui situs donasi dan penggalangan danakitabisa.com. Melalui situs tersebut, Alin membutuhkan dana senilai Rp50 juta.

“Operasi masih mungkin ditanggung Jamkesda. Tetapi Nadhifa harus rutin melakukan check up setiap minggu. Kalau sampai tidak diperiksa, dikhawatirkan shunt kembali buntu,” jelas Alin.

Kecuali kepala yang membesar, kondisi Nadhifa sendiri terbilang stabil dan tetap rutin mengkonsumsi susu, “Baru saja diperiksa petugas Puskesmas Marabahan, kondisi Nadhifa sehat dan tidak kurang gizi,” beber sang ibu.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Barito Kuala, dr Azizah Sri Widari, memastikan orangtua Nadhifa tak perlu mengkhawatirkan biaya operasi dan pengobatan lanjutan.

Sekalipun Jamkesda dipastikan ditiadakan Pemerintah Pusat mulai Januari 2020, Dinkes Batola bersedia memfasilitasi pengurusan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan.

“Mereka dapat dimasukkan sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI). Dana sepenuhnya bersumber dari APBD Batola. Sebelumnya kami juga sudah lama menangani kondisi pasien ini,” jelas Azizah.

“Sebenarnya keluarga pasien sempat memiliki BPJS Kesehatan. Namun sekarang tidak aktif, setelah sang ayah tak lagi bekerja di perusahaan. Dengan demikian, kami tinggal menghidupkan data tersebut,” tandasnya.

Baca Juga:Jadi Tersangka, Ansharuddin Tak Perlu Mundur

Baca Juga:Demo di DPRD Banjarbaru Singgung Kasus KONI, Kejari Angkat Bicara

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner