bakabar.com, KOTABARU – Sekretaris Daerah memang jabatan paling top di pemerintahan.
Tapi, siapa sangka untuk mencapai jabatan tersebut, Sekda Kotabaru Said Akhmad memerlukan perjuangan yang panjang dan berliku. Untuk mencapai kesuksesan, ia harus melewati berbagai rintangan yang tidak mudah.
Mengawali karirnya masuk sebagai abdi negara di Kotabaru pada 1980-an membuat Said Akhmad harus bertahan hidup dengan gaji pas-pasan.
“Dulu gaji pertama saya jadi pegawai hanya Rp 60 ribu di kantor Bappeda Kotabaru. Untungnya dulu saya sudah bisa nyopir, jadi saya jadi tukang sopir kepala dinas. Dulu sering diajak kunjungan. Lumayan, lah, buat makan saat itu,” kata Said, kepada bakabar.com.
Lantaran gajinya yang tidak mencukupi, mantan Sekda Tanah Bumbu ini juga pernah numpang di rumah keluarganya di Jl Bima, Baharu, Pulau Laut Utara, Kotabaru. Di sana, ia terbiasa makan mi goreng yang akhirnya menjadi salah satu makanan favoritnya.
“Kalau buat ngontrak gajinya tidak cukup. Makanya saya numpang sama keluarga. Hampir setiap hari makan pun seadanya alias mi goreng. Tidak jarang juga mengharap ada kondangan supaya bisa makan gratis,” cerita Sekda.
Kenangan pahit dalam perjalanan hidupnya itu terus ia kenang sampai hari ini. Said Akhmad menjadikan perjalanan hidupnya sebagai catatan penting dalam memimpin dan menghadapi para pegawai dengan beragam kriteria di lingkungan Pemkab Kotabaru.
“Pengalaman pahit jadi pegawai tentu sudah saya alami. Tentu, saya paham, dan mengerti seperti apa perjuangan dan perjalanan pegawai. Intinya, tidak usah neko-neko. Bekerjalah dengan ikhlas, rezeki pun pasti ikut mengalir dan berkah,” pesan Said Akhmad, sembari menikmati mi goreng yang menjadi menu favoritnya.
Baca Juga: Penerimaan CPNS 11 November 2019, BKD Kalsel Sediakan 460 Kuota, Guru Tetap Prioritas
Baca Juga: DitIntelkam Polda Kalsel Masuk Zona Integritas, Ombudsman: Mesti Bebas Korupsi
Baca Juga: Wisata Susur Sungai Kian Diminati, Dewan: Tingkatkan Keamanan
Baca Juga: Diwarnai WO, Berry Furqon Terpilih Aklamasi Jadi Cawabup HST
Reporter: Ahc20
Editor: Puja Mandela