Kalsel

Sebelum Zainal Meninggal di Madinah, Istrinya Sudah Berpirasat Lain

apahabar.com, MARABAHAN – Sempat berharap bisa bertemu kembali, keluarga H Zainal Aqli hanya bisa mengikhlaskan suami…

Featured-Image
Foto kenangan H Zainal Aqli dan Hj Siti Juharah bersama Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI), H Mohammad Mubarak, ketika dirawat di KKHI Madinah. Foto-Istimewa

bakabar.com, MARABAHAN – Sempat berharap bisa bertemu kembali, keluarga H Zainal Aqli hanya bisa mengikhlaskan suami dan ayah mereka meninggal dunia di Madinah, Kamis (12/9).

Zainal yang berangkat ke Tanah Suci bersama sang istri Hj Siti Juharah, tergabung bersama Kloter BDJ 12 Barito Kuala.

Sedianya mereka pulang dari ibadah haji, Kamis (5/9). Namun kepulangan Zainal ditunda, karena pria berusia berusia 78 tahun tersebut sakit dengan diagnosis paru.

Lantas Zainal dirawat di Rumah Sakit Uhud Madinah, berbarengan dengan jadwal kepulangan jemaah lain ke Indonesia.

Sebelumnya selama tiga hari, pensiunan guru Madrasah Tsanawiyah tersebut sempat tiga hari dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah.

Akhirnya Juharah harus pulang sendiri ke Indonesia. Kemudian sejak tiba di Marabahan, Juharah dan keempat anak mereka masih berharap kesembuhan dan kepulangan Zainal.

Namun harapan tersebut harus pupus, begitu mendapatkan kabar tentang kondisi terakhir Zainal. Sekitar pukul 03.30 WAS atau 08.00 Wita, Zainal dinyatakan meninggal dunia.

“Kami mendapat kabar langsung dari dr Muhammad Inayaturrahman (dokter Kloter BDJ 12) sekitar pukul 09.45 Wita,” lirih Juharah ketika ditemui bakabar.com di kediaman mereka di Jalan Jenderal Sudirman Marabahan.

Tanpa menunggu lebih lama, keluarga dan tetangga menggelar shalat gaib di rumah tersebut sekitar pukul 10.45 Wita.

“Jenazah H Zainal Aqli dishalatkan di Masjid Nabawi setelah salat zuhur,” demikian konfirmasi H Rusbandi, Kepala Kantor Kementerian Agama Batola.

Meski harus menerima kenyataan pahit, keluarga almarhum ikhlas menerima kepergian Zainal. Namun demikian, lawang sakiping (gapura, red) masih terpasang di depan rumah mereka.

“Sekitar 10 hari sebelum jadwal kepulangan, almarhum pernah berkeinginan pulang. Sontak saya tidak enak hati, karena itu seperti menjadi pertanda. Cuma sekali itu beliau menyatakan keinginan pulang,” cerita Juharah.

Setelah mengungkapkan keinginan itu kepada sang istri dan kemudian diketahui petugas, Zainal justru tidak menjawab apapun ketika ditawari pulang lebih cepat.

“Sudah pasti berat meninggalkan suami yang sedang sakit di Madinah. Sebelum pulang ke Indonesia, kami sudah saling memaafkan dunia akhirat,” papar Juharah.

“Namun ketika di pesawat, saya benar-benar merasa kehilangan. Terutama ketika melihat kursi di sebelah kosong. Pun setelah saya sampai di rumah, kami hanya berharap dan berdoa agar beliau sembuh,” imbuhnya.

Zainal dan Juharah menikah di pertengahan 1970 di Hulu Sungai Tengah. Setahun kemudian mereka dikaruniai anak pertama.

Selanjutnya mulai 1975, Zainal memboyong keluarga kecil ke Marabahan lantaran panggilan tugas menjadi staf pengajar Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Madrasah Tsanawiyah Marabahan.

Namun akibat kondisi kesehatan yang menurun akibat gejala paru-paru basah, Zainal dipindahtugaskan ke Kantor Kementerian Agama sebagai penilik sekolah.

img

Hj Siti Juharah memperlihatkan foto-foto bersama bersama almarhum H Zainal Aqli selama berada di Tanah Suci. Foto-bakabar.com/Bastian Alkaf

Baca Juga: Petugas Mulai Keteteran Amankan Titik Api di Kalsel

Baca Juga: Kalsel Diteror Kabut Asap, Wakapolri Minta Pemda Proaktif

Reporter: Bastian AlkafEditor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner