Kalsel

Save Meratus Bernuansa Politis, Mahasiswa Gerah

apahabar.com, BARABAI – Tim Gabungan Mahasiswa Barabai, Banjarbaru dan Banjarmasin menuding aksi save Meratus bernuansa politis….

Featured-Image
Gabungan mahasiswa Barabai, Banjarbaru dan Banjarmasin berorasi sebagau bentuk kekecewannya terhadap aksi yang bernuansa politik di Lapangan Dwi Warna, Barabai, Senin (23/09). Foto-apahabar.com/HN Lazuardi

bakabar.com, BARABAI - Tim Gabungan Mahasiswa Barabai, Banjarbaru dan Banjarmasin menuding aksi save Meratus bernuansa politis. Hal itu mendapat tanggapan Direktur Walhi Kalsel sekaligus Penangung Jawab Aksi Akbar Selamatkan Hutan Terakhir Save Meratus, Kisworo Dwi Cahyono.

"Inikan undangan umum. Ketiga anggota DPRD tadi kan bukan atas nama DPRD, tapi atas nama pribadi itu hak pribadi. Beliau juga orang Barabai. Jadi jangan kita kaitkan dengan unsur politik," kata Kis usai melakukan aksi akbar di Lapangan Dwi Warna Barabai, Senin (23/09).

Terkait waktu pelaksanaan kegiatan, Kisworo mengatakan, bukan karena mendakati Pemilihan Kepala Daerah. Tetapi mengambil momentum KTT (Konfrensi Global Climate Strike) perubahan iklim di New York, Amerika.

"Jadi kita ambil tengah-tengahnya, ya hari ini. Para presiden dan petinggi negara berkumpul di KTT itu. Harapannya apa yang kita lakukan di sini (aksi) bisa sampai kepada pemimpin negara yang lagi ngumpul di Amerika. Kita sampaikan kepada mereka bahwa ini langkah nyata Save Meratus dalam penanggulangan bencana, penyelamatan rakyat kemudian untuk memanimalisir bahkan menanggulangi iklim," terang Kis.

Terkait Hari Tani Nasional, lanjut Kis, selama ini di Kalsel, 50 persen sudah dibebani tambang dan sawit. Sisa di Meratus HST. Dengan momentum itu, Kis mengharapkan aksi itu dalam memperingati Hari Tani Nasional agar izin tambang dicabut untuk lahan pangan.

"Jadi kalau ada unsur politis dan lain-lain itu tidak ada. Kalau politik kenapa nggak pada saat Pilpres kita aksi saja. Itu pasti pecah. Makanya saya menghindari itu. Dan memilih momentum ini." Jelas Kisworo,

Sebelumumya, Gabungan Mahasiswa Barabai, Banjarbaru dan Banjarmasin kecewa dengan aksi Akbar yang tidak berkomitmen dengan Selamatkan Hutan Terakhir Save Meratus. Mereka pun meninggalkan Lapangan Dwi Warna Barabai, tempat melangsungkan aksi akbar save meratus itu.

Menurut mereka, aksi hari ini (Senin, 23 September 2019) seharusnya ada kesepahaman (MoU), tanda tangan langsung dari kepala daerah maupun ketua DPRD.

"Kami sangat menyayangkan hal itu. Datang jauh-jauh ke sini untuk ikut aksi inibuka mendengarkan kampanye tiga anggota (DPRD) itu," teriak salah satu orator gabungan mahasiswa itu di Lapangan Dwi Warna Barabai.

Lebih lanjut dijelaskan Koordinator Aksi Mahasiwa gabungan itu, Abdul Hakim mengatakan pada 12 September mengadakan rapat konsilidasi terkait aksi itu. Termasuk tujuan dari aksi save meratus dengan meminta komitmen bupati maupun DPRD.

"Beberapak kali melakukan rapat, namun laporan dari rapat itu tidak sampai ke kita. Ada beberapa hal yang dilaporkan, tapi bukan hal substansial," kata Hakim.

Berdasarkan analisis gabungan mahasiswa itu, aksi atau gerakan seve meratus , apalagi mendekati Pilbup, erat kaitannya dengan kepentingan-kepentingan elite politik. Terlebih dengan kehadiran tiga anggota DPRD HST yang juga melakukan orasi dihadapan massa aksi itu.

Seharusnya, ketika melakukan aksi, persoalan masyarakat itu dibawa kepada pemerintah atau yang berwenang. Harusnya pemerintah berdiskusi bukan berceramah.

"Itu terjadi di lapangan tadi. Beberapa anggota DPRD ini, bahasa kawan-kawan ya berkampanye. Makanya kami mengambil sikap (walk out). Kami mahasiswa, hendak disetir, tidak semudah itu. Mahasiswa selalu menjunjung tinggi Idealisme,” ujar mahasiswa.

Baca Juga:10 Tuntutan Massa Aksi Akbar Save Meratus di HST

Baca Juga:Bernuansa Politis, Mahasiswa Walk Out dari Aksi Save Meratus

Reporter: HN Lazuardi
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner