Kalsel

Cucu Mengidap Hemofilia, Kasran Punya Cerita Manfaat BPJS

apahabar.com, BARABAI – Akhir-akhir ini pemberitaan media diramaikan menyorot isu kenaikan iuran Jaminan Kesehatan Nasional Kartu…

Featured-Image
Kasran (kiri) dan istrinya bersama sang cucu menunjukkan Kartu Indonesia Sehat miliknya. Foto-Reza for apahabar.com

bakabar.com, BARABAI - Akhir-akhir ini pemberitaan media diramaikan menyorot isu kenaikan iuran Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Pro dan kontra di tengah masyarakat pun tak terbendung. Ada sebagian yang keberatan, ada pula yang setuju demi kelangsungan Program Jaminan Kesehatan Nasional JKN-KIS kedepan.

Di tengah polemik yang sedang berkembang, masih banyak orang menaruh asa pada keberlangsungan program strategis nasional itu.

Orang itu yakni, Kasran (60), warga Binjai Pirua Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Pria paruh baya yang berprofesi sebagai petani itu mengaku telah menjadi peserta JKN-KIS di segmen mandiri sejak 2014.

Saat ini keluarga kecilnya mendapatkan cobaan yang cukup berat. Cucunya menderita penyakit Hemofilia (gangguan peredaran darah) sejak umur 2 tahun.

Namun Kasran merasa terbantu dengan adanya program nasional yang membantu pengobatan cucunya selama ini.

Ia merasakan betul manfaat Kartu Indonesia Sehat (KIS) selama merawat cucunya. Bahkan, saat dirawat pun, tidak ada perbedaan yang berarti selama dilayani di rumah sakit walaupun dirinya terdaftar sebagai peserta kelas III (tiga).

Kasran berprinsip untuk membayar iuran JKN-KIS sesegera mungkin saat dana yang ia kumpulkan cukup. Guna memastikan KIS-nya sekeluarga tetap aktif.

Walaupun di tengah perekonomian yang sedang sulit bagi Kasran, prinsip utama dalam program JKN-KIS pun sangat ia pahami.

“Yang bermakna, yang sehat membantu yang sakit. "Sedapat mungkin kami usahakan," kata Kasran.

Mengenai informasi iuran yang akan naik, Kasran menanggapinya dengan santai. Ia mengetahui betul, bahwa iuran yang ia bayar dengan biaya pengobatan Rifky dapatkan tidak akan sebanding sampai kapanpun.

"Seandainya tak ada BPJS (Kesehatan), kami tak bisa merawat cucu kami, obatnya mahal. Kalau todak ada BPJS (Kesehatan), habis harta dan tanah kami terjual untuk pengobatan itu," terang Kasran.

Ditengah sengitnya beradu mencari nafkah, kini beban dipundak Kasran agaknya telah sedikit berkurang. Setidaknya ada pegangan untuk keberlangsungan pengobatan Rifky, cucunya.

Terkait tanggapan mengenai peserta lain yang enggan membayar iuran, ia berpesan satu hal.

"Itu belum merasakab masuk rumah sakit. Kalau orang merasakan sakit seperti yang diderita cucunya, mungkin orang itu bayar. Walaupun iuran naik, tetap kita bayar," tutur Kasran

Baca Juga: Pemkab Tapin Gelar Salat Istisqa

Baca Juga: Pertikaracab 2019, Saka Bhayangkara Polsek Bintang Ara Raih Juara 1

Reporter: Hawari Nur Lazuardi
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner