Nasional

10 Tuntutan Massa Aksi Akbar Save Meratus di HST

apahabar.com, BARABAI – Ratusan massa menggelar aksi akbar di Lapangan Dwi Warna, Barabai, Kabupaten Hulu Sungai…

Featured-Image
Massa Aksi Selamatkan Hutan Terakhir, Save Meratus yang tergabung dari LSM, mahasiswa serta siswa dan warga adat turun menyuarakan aspirasinya di Lapangan Dwi Warna, Barabai, Senin pagi. Foto-apahabar.com/HN Lazuardi

bakabar.com, BARABAI – Ratusan massa menggelar aksi akbar di Lapangan Dwi Warna, Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Senin (23/09).

Selamatkan Hutan Terakhir, Save Meratus jadi tema yang diangkat.

Pantauan bakabar.com, sejak pukul 08.30, massa sudah berdatangan.

Sebelum dimulai, warga adat lebih dulu melaksanakan ritual.

Aksi akbar baru dimulai pukul 09.00. Hingga orasi #Save Meratus dan yel-yel digaungkan, massa terus berdatangan.

Tak hanya dari HST, Balangan, Tanjung, Banjarbaru, Banjarmasin bahkan dari Kalimantan Tengah hadir dalam aksi itu.

Sedikitnya ada 10 tuntutan mereka untuk segera menghentikan segala bentuk monopoli investasi dan perampasan ruang hidup.

Massa tergabung dari LSM, organisasi, mahasiswa serta para santri atau siswa. Mereka menuntut pemerintah menolak tambang di Bumi Murakata dan mencabut izin PKP2B.

Selain itu, mereka menuntut menghentikan pemberian izin HGU bagi industri ekstraktif monokultur skala besar.

Menuntut melakasanakan penundaan dan evaluasi izin perkebunan sawit, melaksanakan reforma agraria dan segera beralih dari energi kotor fosil ke energi baru.

Mereka juga menuntut menindak tegas perusahaan ilegal dan legal yang tidak me-reklamasi serta meminta pemerintah untuk melindungi karst melalui regulasi Pemda.

“Juga segera tetapkan regulasi pengakuan dan perlindungan wilayah masyarakat hukum adat dayak Kalsel,” seru Ketua AMAN HST, Robby dalam orasinya.

Massa aksi Save Meratus juga dihadiri 4 perwakilan DPRD HST, Wakil Ketua DPRD, Saban Effendi, Yazid Fahmi dari Partai Berkarya. Sementara dari PKS ada Supriadi dan Laila Irnawati.

“Kami hadir atas nama inisiatif sendiri. Dan kami tidak mencalonkan diri jadi bupati. Satu hal yang kita tuntut dari pemerintah, jangan hanya janji di atas materai,” ujar Yazid di hadapan massa seraya diteriaki massa “buktikan”.

Saat ini, kata Yazid, komitmen pemerintah hanya sebatas tuliasan. Setiap kegiatan daerah, terpampang Save Meratus, namun itu dinilai belum cukup.

Belum selesai massa melakukan aksi Save Meratus, keempat anggota itu meninggalkan aksi akbar itu.

“Kami ada acara di Jakarta, konsultasi proses APBD 2020. Mohon jangan dianggap. Kawan-kawan (DPRD) juga berjuang dan berkomitmen. Sementara kami mohon izin harus berangkat ke Banjarmasin melaksanakan tugas,” kata Yazid.

Selama aksi akbar yang dipertanggungjawabkan oleh Walhi Kalsel dan dikoordinir oleh Gerakan Penyelamat Bumi Murakata (Gembuk) HST itu berjalan damai.

“Aksi ini untuk momentum KTT (Konfrensi Global Climate Strike) perubahan iklim di New York, Amerika. Selain itu besok (24 September) Hari Tani Nasional,” kata Koordinator Aksi Akbar yang juga Direktur Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Vahyono usai melaksanakan aksi itu.

Walaupun cuaca panas, diringi tarian-tarian Babangsai yang dibawakan warga Meratus, massa tetap antusias melakukan aksi. Aksi berakhir pukul 12.00.

“Secara teknis sesuai batas aksi izin sampai sore. Karena panas, masyarakat adat harus balik ke gunung karena ada persiapan aruh. Jadi kita hentikan,” ujar Kisworo.

img

Massa Aksi Selamatkan Hutan Terakhir, Save Meratus yang tergabung dari LSM, mahasiswa serta siswa dan warga adat turun menyuarakan aspirasinya di Lapangan Dwi Warna, Barabai, Senin pagi. Foto-bakabar.com/HN Lazuardi

Baca Juga:10 Tuntutan Massa Aksi Akbar Save Meratus di HST

Baca Juga:Bernuansa Politis, Mahasiswa Walk Out dari Aksi Save Meratus

Reporter: HN LazuardiEditor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner