Kalsel

Siti Hawariyah, Jemaah Embarkasi Banjarmasin yang Wafat di Mata Sang Anak

apahabar.com, BANJARMASIN – Kepergian Siti Hawariyah (93) menyisakan duka mendalam. Khususnya bagi keluarga dan kerabat yang…

Featured-Image
Kenangan terakhir di kamar Siti Hawariyah. Foto-apahabar.com/Musnita Sari.

bakabar.com, BANJARMASIN – Kepergian Siti Hawariyah (93) menyisakan duka mendalam. Khususnya bagi keluarga dan kerabat yang ditinggalkan.

Almarhumah wafat saat melaksanakan ibadah haji pada 11 Agustus lalu, bertepatan dengan momen Idul Adha 1440 Hijriah.

Kabar duka itu langsung diterima pihak keluarga dari Siti Fauziah (84), saudara perempuan Hawariyah yang ikut berangkat ke Tanah Suci.

Fauziah lah yang selama ini menemani, sebab kondisi almarhum terpaksa menggunakan kursi roda.

Ketika, bakabar.com bertandang ke rumah duka Jalan Kampung Melayu Darat Gang IAIN, Selasa (13/8) siang, disambut hangat Siti Wardiati, anak ke tujuh almarhumah.

Masih terpancar rona kesedihan, namun ia tegar untuk kembali menceritakan kisah kehidupan sang ibu. Di matanya, sosok ibunya itu orang yang mandiri.

Bahkan, saking tak ingin merepotkan sang anak yang masing-masing telah membina keluarga, almarhumah memutuskan untuk tinggal sendiri.

Meski demikian, almarhumah tetap tinggal berdampingan persis dengan rumah sang anak, bahkan masih dalam satu pagar.

Wardiati mengungkapkan jika sang ibu memilih tinggal di rumah tersebut karena menyimpan banyak kenangan.

"Beliau tidak mau bergabung. Bahkan kami jarang melakukan perbaikan, karena ini rumah induk. Tapi kamar beliau berhubungan langsung dengan rumah kami di sebelah," ucap Wardiati.

Sosok sang ibu di mata Wardiati adalah panutan bagi anak-anaknya. Membesarkan sembilan anak tentunya bukan hal yang mudah. Apalagi empat di antaranya lebih dulu berpulang ke Rahmatullah. Namun berkat didikan almarhumah, Wardiati dan empat saudaranya kini telah sukses dalam menjalani kehidupan berkeluarga.

"Anakku jadi-jadi berataan (anak ku sukses semua)," tuturnya mengulangi ucapan sang ibu ketika diwawancarai oleh media sebelum keberangkatan berhaji.

img

Foto: Kenangan Siti Hawariyah bersama anak dan cucunya. Foto Keluarga for bakabar.com.

Di usia senja, tubuh renta Hawariyah sudah tidak bisa leluasa untuk bergerak. Daya lihatnya memang sudah berkurang, bahkan untuk sekadar mengenal orang. Ditambah telinganya yang hanya berfungsi sebelah, sehingga memerlukan bantuan alat pendengar.

Keseharian Hawariyah lebih banyak dihabiskan untuk beribadah dalam kamar kecilnya, dan mengaji menjadi salah satu kegemarannya.

Sadar sang ibu tidak ingin dimanja oleh anaknya. Namun rasa bakti Wardiati kepada ibunya itu tetap ditunjukkan. Segala cara dilakukan, agar sang ibu mudah beraktivitas tanpa sungkan merepotkan anak-anaknya.

"Untuk urusan buang air pun beliau melakukan sendiri, memang dibantu dengan alat. Jadi saya belikan kursi toilet, satu di rumah satunya lagi di bawa saat berhaji. Tapi ternyata ketinggalan saat di Madinah. Karena kebiasaan beliau menggunakan itu akhirnya sulit BAB sampai tiga hari," paparnya.

Di masa mudanya, almarhumah ternyata sempat mendedikasikan diri menjadi seorang guru. Ia menamatkan pendidikan di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta pada angkatan 1941.

Kala itu, Indonesia belum merdeka. Dan walau kodratnya sebagai perempuan tak menyurutkan semangatnya untuk mengecap bangku sekolah.

"Beliau kan hanya dua bersaudara, tahu punya adik pun saat pulang ke rumah jelang kemerdekaan itu. Karena sekolahnya pakai kapal layar saat itu," cerita Wardiati.

Lebih jauh Wardiati menceritakan, kesetiaan sang adik ditunjukkan dengan selalu mengunjungi almarhumah. Bahkan, saat berhaji pun ia dipercaya untuk berangkat sebagai pendamping.

Sang adik jualah yang mengantarkan kepergian Hawariyah untuk terakhir kalinya.

"Kata Acil (Tante), karena tidak bisa mengurus ibu minimal mengurus kakak lah. Dan ini berangkat haji pertama dan terakhir kali untuk beliau (Hawariyah)," imbuhnya.

Dibalik berpulangnya almarhumah, Wardiati cukup menyayangkan berita yang telah tersiar. Ia yakin betul, sang ibu dalam kondisi sehat walau pun telah berusia lanjut. Dan perlu penanganan khusus dalam beraktivitas.

Ia memang tak menampik, kesehatan ibunya sempat mengalami penurunan.

Saat berbincang dengan tim bakabar.com pun, ia menunjukkan beberapa foto almarhum saat menjalani aktivitas berhaji.

Dari beberapa gambar itu, memperlihatkan Almarhum Hawariyah masih sanggup melakukan aktivitas ringan seorang diri, contohnya saat makan.

Urusan makan pun tidak sulit. Hanya saja, Hawariyah lebih senang apabila makanan tersebut diolah langsung , bukan instan atau membeli di luaran.

“Beliau tidak memiliki pantangan. Makanan kesukaannya rabuk (Abon), saya sendiri yang harus mengolah dan beliau yang memberi tahu resepnya,” kenangnya.

Seperti yang diberitakan bakabar.com sebelumnya, Siti Hawariyah (93) jemaah haji asal Banjarmasin, meninggal pada 12 agustus, pada 19.11 WAS (Waktu Arab Saudi) di KKHI Muzdalifah. Dengan penyebab Cardiovascular Diseases.

Wardiati mengisahkan, sang Ibu meninggal dalam keadaan tidur. Ia mengulang cerita yang disampaikan Fauziah yang selalu mendampingi almarhumah sepanjang waktu.

Kala itu, cuaca sempat memburuk. Hujan deras dan angin menerpa sebagian wilayah Tanah Suci. Meski embarkasi Banjarmasin dinyatakan dalam kondisi aman, namun hiruk pikuk kepanikan jemaah sempat membuat kondisi Hawariyah menurun.

“Di dalam tenda itu kan banyak sekali orangnya. Memang sempat diberi oksigen dan infus, tapi tekanan darahnya normal,” ungkapnya.

Setelah menjalani perawatan kurang lebih 3 jam, dokter mengizinkan Hawariyah untuk melanjutkan aktivitas berhaji.

Lepas magrib, perjalanan dilanjutkan ke Musdalifah untuk melaksanakan Mabit.

“Sepanjang perjalanan beliau masih bisa mengobrol banyak. Setelah melakulan kegiatan segala macam, kan disuruh untuk beristirahat dan mereka tertidur,” katanya.

Ada keanehan ketika Hawariyah tak kunjung bangun dalam tidurnya. Badannya pun terasa dingin saat itu. Fauziah pun bergegas menghubungi dokter untuk mengecek kondisi kakaknya. Namun sayangnya, dokter menyatakan Hawariyah telah tiada. “Hilang sudah,” cerita Wardiati.

Tidak hanya meratapi wafatnya almarhumah Hawariyah, keluarga pun harus berbesar hati merelakan kepergian, tanpa bisa mengantarkan ke peristirahatan terakhirnya. “Kami serahkan pada pihak di sana,” ucapnya.

Baca Juga:Empat Jemaah Haji Embarkasi Banjarmasin Sakit, Berikut Daftarnya

Baca Juga:Haji 2019; Embarkasi Banjarmasin Berangkatkan 6.056 Calon Jemaah Haji

Reporter: Musnita SariEditor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner