bakabar.com, BANJARMASIN – Meski berjuluk Kota Seribu Sungai, kualitas air sungai-sungai di Banjarmasin rupanya cukup buruk. Kategorinya bahkan gawat darurat.
Beberapa parameter sungai telah melampaui perhitungan kualitas air seperti BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), Merkuri, dan kadar e-Coli. Artinya sudah tak layak dikonsumsi manusia.
“Mengonsumsi air sungai yang tercemar tentu memunculkan berbagai macam penyakit,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, Machli Riyadi, kepada bakabar.com, Kamis siang.
Ironisnya lagi ketika air tersebut mengandung unsur-unsur tidak bersahabat bagi tubuh. Paling mengerikan, kata dia, adalah mercury yang biasa digunakan menambang emas.
Mercury merusak kerja syaraf. Dalam jumlah dan kadar tertentu, elemen kimia bersimbol Hg dan bernomor atom 80 itupun akan memicu kanker.
Kata Machli, unsur biologi yang terkandung dalam air sebenarnya juga tak kalah seram. Contohnya bakteri e-Coli yang berasal dari kotoran manusia.
"Kandungan e-Coli dalam air juga bisa membuat fungsi hati terganggu. Lama kelamaan, mereka yang tubuhnya banyak terkandung e-Coli tersebut bisa terkena sakit hati atau hepatitis, terutama hepatitis A," ungkapnya.
Soal tercemarnya sungai karena bakteri ini bukan isapan jempol belaka. Warga Banjarmasin masih banyak bermukim di bantaran sungai. Besar kemungkinannya mereka masih buang air di sungai.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengawasan DLH Banjarmasin, Wahyu Hardi Canyono menerangkan masalahnya hanya baku mutu air sungai. “Mudahan-mudahan persoalan bisa cepat diatasi," harapnya.
Pada 2018, DLH telah melakukan pemantauan 10 titik sungai yang umumnya merupakan urat nadi kehidupan masyarakat Banjarmasin.
Sebut saja, Sungai Pekapuran, Pemutus, Antasari, Martapura, Barito, Kuin, Surgi Mufti dan Kelayan.
Dari hasil monitoring lanjutan, penurunan kualitas air Sungai Banjarmasin disebabkan oleh posisi sungai yang terbilang cukup strategis.
Sungai di Banjarmasin berada di daerah hilir. Demikian membuat sungai itu menerima bahan bahan tercemar dari dari hulu sungai.
"Ya pasti kalau kualitas air sungai menurun berpengaruh juga terhadap pengelolaan air bersih," ujarnya.
Ia menerangkan kualitas air yang buruk juga otomatis berpengaruh pada kehidupan masyarakat luas.
Sebab di antara sungai yang tercemar berat tadi umumnya merupakan urat nadi induk dari sungai.
Hal itu menyikapi masyarakat Banjarmasin sering melakukan aktivitas di sekitar sungai, seperti mandi, cuci, kakus atau MCK.
Bahkan untuk hewan biota air, jika kelamaan berada di sungai tercemar maka juga akan berpengaruh tentang keberadaan jenisnya.
"Bisa juga berpengaruh terhadap komunitas biota air sungai," tuturnya.
Di antara sungai-sungai tadi, ia menyebutkan cuma sungai Alalak yang kadar keasaman atau pH air rata rata masih normal.
Baca Juga: Rombongan Urusan Internasional Disetop Saat Susur Sungai
Baca Juga: Menuju Kota Sungai Terindah, Banjarmasin Sulap Anak Sungai Awang
Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Fariz Fadhillah