bakabar.com, BANJARMASIN – Pasca-kerusuhan di Papua, Senin kemarin, Rektor Universitas Lambung Mangkurat Prof. Sutarto Hadi mengambil langkah preventif.
Puluhan mahasiswa asal Papua dikumpulkan di sebuah rumah makan di Banjarmasin, Selasa (20/8) malam.
Salah seorang mahasiswa asal Papua dari Program Studi Sosiologi dan Antropologi FKIP ULM, Seppy Answer Walilo merasa sedih atas peristiwa yang menimpa rekannya di Jawa Timur sebelumnya.
“Saya sedih dan hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar peristiwa itu tak terjadi di Banjarmasin,” ucapnya kepada bakabar.com.
Berbeda dengan Jatim, ia sangat bangga dengan masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin.
Kurang lebih 2,5 tahun tinggal di Kota Seribu Sungai, ia tak pernah sekalipun diperlakukan negatif. Apalagi, tindakan yang berbau rasisme dan persekusi.
“Saya di sini merasa nyaman. Tak pernah diperlakukan tak senonoh,” bebernya.
Menurut Answer, tingkat toleransi masyarakat Banjarmasin sangat tinggi dan begitu terbuka dengan masyarakat pendatang, khususnya asal Papua.
“Saya berharap ke depannya, kasus serupa tak akan terjadi di Banjarmasin,” tutup mahasiswa semester lima tersebut.
Pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Malang, Surabaya dan Semarang, Jawa Timur (Jatim) jadi pemicu kerusuhan di Manokwari, Senin pagi, menyusul Jayapura setelahnya. Juga terselip dugaan rasisme dan persekusi dalam pengepungan itu.
Situasi Papua berubah mencekam. Aksi demo yang awalnya damai berujung rusuh. Beberapa warung makan di sekitar kampus Universitas Papua Manokwari terbakar.
Pun demikian dengan gedung DPRD Papua Barat. Sejumlah warga melakukan sweeping. Saat ini seperti diwartakan sebelumnya, situasi kedua daerah di Bumi Cenderawasih itu berangsur kondusif.
Baca Juga: Rusuh Papua, KNPI Kalsel Sepakat Tolak Rasisme dan Persekusi!
Baca Juga: Papua Memanas, ULM Kumpulkan Puluhan Mahasiswa Papua di Kalsel
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah