Kalsel

BPS: Orang Miskin di Kalsel Berkurang Ribuan Jiwa

apahabar.com, BANJARBARU – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel merilis angka tingkat kemiskinan di Kalsel. Berdasarkan data…

Featured-Image
Bangunan liar yang diduga dijadikan tempat tinggal gelandangan di bawah Jembatan Antasari Banjarmasin dibongkar petugas gabungan Satpol PP dan PUPR Kota Banjarmasin, Desember silam. Dok. apahabar.com. Foto-net

bakabar.com, BANJARBARU – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel merilis angka tingkat kemiskinan di Kalsel.

Berdasarkan data terakhir, penduduk miskin di Kalsel pada periode September 2018-Maret 2019 berkurang sekitar 2,53 ribu orang.

Dengan perbandingan, pada September 2018 jumlah penduduk miskin di Kalsel berjumlah 195,01 ribu. Sedangkan, Maret 2019 turun menjadi 192,48 ribu orang.

Angka tersebut menempatkan tingkat kemiskinan di Kalsel menjadi yang terendah di regional Kalimantan. Persentasenya 4,55 dari total penduduk. Sementara, tertinggi di Kalbar yaitu sebesar 7,49 persen.

Untuk mengukur angka kemiskinan mereka melihat dari pemenuhan kebutuhan dasar penduduk.

“Dengan pendekatan ini, kemiskinan dilihat dari ketidakmampuan sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran,” kata Kepala BPS Kalsel Diah Utami melalui Kabid Statistik Sosial Agnes Widiastuti.

Metode pengukuran yang dilakukan ialah menghitung Garis Kemiskinan (GK) penduduk, yang terdiri dari dua komponen; Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).

“Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan,” ujarnya.

Agnes mengungkapkan jika penduduk memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan maka dikategorikan sebagai warga miskin.

“Garis kemiskinan di Kalimantan Selatan sendiri sebesar Rp457.222 per kapita per bulan,” ungkapnya.

Dilihat dari pengukuran yang mereka lakukan, banyak faktor yang memengaruhi penurunan dan peningkatan jumlah penduduk miskin di Kalsel. Di antaranya, kondisi harga sejumlah komoditas. Seperti, karet, sawit dan gabah.

“Berkebun dan bertani masih menjadi pekerjaan utama di desa, sehingga turun dan naiknya harga komoditas yang dihasilkan tentu akan memengaruhi penghasilan mereka,” ujarnya.

Perlu diketahui, secara umum selama periode 2016 sampai 2019 tingkat kemiskinan baik pada sisi jumlah maupun persentase penduduk miskin di Kalsel terus mengalami penurunan.

Reporter: Nurul Mufidah
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner