"â¦saya berharap mereka bisa menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Untuk warga desa, saya harapkan mampu tetap mempertahankan adat istiadat juga kelestarian alam di sini. Karena alam yang baik akan menciptakan lingkungan yang baik."
Muhammad Fauzi Fadilah, RANTAU
Teopilus Tukiman adalah perantauan dari Pulau Jawa yang menetap dan mengabdikan diri untuk masyarakat adat dayak di Tapin, tepatnya Dusun Munggu Ringgit Desa Harakit, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin.Apa motivasinya?
Mengetahui ada perantauan yang peduli dengan Meratus, bakabar.com pun bertandang ke dusun tersebut. Sesampainya di sana, kami melihat sebuah bangunan sederhana bercat biru, beratap seng yang diperkirakan memuat 10 orang dewasa di dalamnya. Di depan bangunan, terdapat plang nama yang bertuliskan TK Cahaya Meratus.
Selain bangunan tersebut, terdapat pula 2 ayunan kayu dan 1 ayunan dari besi di lahan seluas lapangan bola mini.
Tak jauh dari TK Cahaya Meratus, terdapat rumah pengelola TK yang tak lain adalah Tukiman dan istri yang tinggal di sana bersama 3 anak mereka. Rumah sederhana tersebut dilengkapi dengan ruangan belajar sekaligus ruang baca.
Tukiman dan keluarga menyambut baik kedatangan kami. Dia menceritakan bagaimana awal mula membangun taman kanak-kanak di sana.
Dibangunnya TK tersebut, Tukiman bercerita, berawal dari keresahan dirinya dan tokoh masyarakat yang sekaligus penasehat dewan adat dayak bernama Kasyful Anwar. Mereka miris melihat banyak anak usia dini di dusun tersebut, yang mestinya mendapatkan pendidikan, malah dibawa orangtuanya ke ladang. Sebab, lembaga pendidikan hanya terdapat di Desa Batung yang berjarak sekitar 13 kilometer dari dusun tersebut.
Keprihatinan itulah yang kemudian membuahkan gagasan untuk membuat Yayasan TK Cahaya Meratus, yang diperuntukan untuk anak-anak usia dini.
"Warga mendukung gagasan tersebut. Terlebih, TK tidak memungut biaya alias gratis," ujar Tukiman yang kini berusia 37 Tahun.
Alumni Universitas Manado itu mengaku sangat senang bisa mengajar anak-anak di sana. Selain dirinya, ia dibantu istrinya, Rifka (34), dan 1 orang orang pengajar dari orangtua murid.
“TK berdiri sejak 3 Tahun silam dan diberikan izin operasional pada Tahun 2018. Sekarang sudah ada 2 angkatan, ini lagi ada penerimaan murid baru,” ungkap pengajar yang juga buruh bangunan ini.
Selang waktu berjalan, Tukiman tidak hanya memberikan pendidikan kepada anak-anak usia dini, dia juga mempersilakan anak-anak remaja, bahkan orang tua yang ingin belajar di rumahnya.
Pada angkatan pertama, sambung Tukiman, sebanyak 17 murid. 12 di antaranya sudah diwisuda.
“Kenapa kita adakan wisuda? Kita mau membuat sebuah momen untuk anak-anak di sini agar merasa senang dan berkesan. Guna membuat mereka mau untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya(SD),” jelasnya.
Tukiman optimis TK cahaya Meratus akan tumbuh ke depannya. Dia berencana akan memperluas jangkauan, yakni ke desa-desa terdekat.
"Kami rencananya akan merambah Desa Bawayan. Menurut pantauan kami, di sana juga banyak anak-anak usia dini,” ujarnya.
Gairah Tukiman mendidik anak-anak di dusun tersebut berawal dari kekagumannya dengan alam pegunungan meratus di tempat itu. Pada tahun 2000, dia memutuskan menetap di sana.
“Saya sangat senang berada di sini, karena memang saya kagum dengan alam yang ada di sini,” ujar Tukimin.
Selain menjadi pengajar, pengelola TK Cahaya Meratus, Tukiman juga kerap mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam yang baik.
“Ya, pada dasarnya mereka pun tahu, tapi di zaman sekarang perusakan alam bahkan hal mengancam lainnya selalu mengintai tempat ini, baik alam maupun negatif sosial,” ujarnya.
Tukiman ingin menjalin relasi dengan kawan-kawan pencinta lingkungan dan kawan-kawan mahasiswa yang ada di Rantau, Ibu Kota Kabupaten Tapin.
“Teruntuk anak-anak di Munggu Ringkit khususnya, saya berharap mereka bisa menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Ntuk warga desa, saya harapkan mampu tetap mempertahankan adat istiadat juga kelestarian alam disini, karena alam yang baik akan menciptakan lingkungan yang baik,” tutupnya.
Baca Juga: Warga Dayak Meratus Terima Ganti Rugi Pembangunan Bendungan Tapin
Baca Juga: Mengintip Keragaman Etnik Dayak Meratus di Balangan
Editor: Muhammad Bulkini