Tak Berkategori

Kalsel Belum Lirik Potensi Sarang Burung Walet

apahabar.com, BANJARMASIN – Masih kecilnya jumlah produksi dan tidak bisa langsung dipasarkan ke luar negeri menjadi…

Featured-Image
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat mengunjungi pabrik pengolahan sarang burung walet Yan Ty Ty di Shanghai China. Foto – Antara

bakabar.com, BANJARMASIN – Masih kecilnya jumlah produksi dan tidak bisa langsung dipasarkan ke luar negeri menjadi alasan belum masuknya sarang burung walet di daftar ekspor di Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan.

Diketahui, China merupakan negara tujuan utama ekspor sarang burung walet asal Indonesia. Produk sarang burung walet menjadi primadona di sana karena dianggap memiliki khasiat tertentu yang menjadi kepercayaan masyarakat. Hal ini tentu menjadi peluang meningkatkan ekspor sarang burung walet Indonesia ke pasar China.

Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani menyebut sarang burung walet dari Kalsel kebanyakan dijual ke pengepul di Jakarta dan Surabaya.

“Masih belum ada yang ekspor langsung, dari kita tidak ada,” kata Birhasani kepada bakabar.com via seluler, Selasa.

Biasanya para pelaku usaha ekspor sengaja memusatkan diri di Surabaya atau Jakarta agar bisa mendatangkan sarang burung tidak hanya dari Kalimantan melainkan provinsi lain seperti Sumatra.

“Para pengusaha sarang walet pun bisa mengekspor langsung ke luar negeri tanpa harus izin ke Dinas Perdagangan selama beratnya masih di bawah 300 kilogram,” sambungnya.

Walau demikian pihaknya mengapresiasi potensi ekspor sarang burung walet sebagai komoditas penunjang ekpor Kalsel non-migas.

Birhasani mengatakan ada dua produk jadi yang sudah diekspor dari Kalsel yakni Daun Gulinggang dan Teh Gaharu.

“Ekspor langsung dari Kalsel itu boleh silakan, cuma mendaftarkan bea cukai dari pelabuhan,” tuturnya.

Sebelumnya, pada kunjungan kerjanya ke China, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meluangkan waktu untuk blusukan ke pabrik pengolahan Yan Ty Ty.

Mendag mengapresiasi usaha yang didirikan dua anak muda berbeda negara tersebut, karena dianggap mampu menggeliatkan perekonomian kedua bangsa.

Ekspor sarang burung walet Indonesia pada 2018 tercatat sebesar 70 ton dengan nilai 140,5 juta dolar AS dari 21 perusahaan.

Untuk meningkatkan ekspor sarang burung walet, saat ini tujuh perusahaan lainnya dalam proses verifikasi untuk mendapatkan sertifikasi dan CNCA. Kehadiran Mendag di China guna mempercepat proses sertifikasi dimaksud.

Mendag pun mengajak para importir sarang burung walet China untuk berinvestasi di Indonesia yang merupakan penghasil utama sarang burung walet untuk diolah dan diekspor kembali ke China, negara-negara ASEAN, dan Australia.

"Investasi sarang burung China di Indonesia akan memberi kemudahan atas produk makanan olahan dalam hal proses dan pemenuhan persyaratan ekspor ke China," jelas Mendag, diwartakan sebelumnya.

Menurut Mendag, ekspor sarang burung walet merupakan komoditas prioritas yang berpotensi besar mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia terhadapa China. Hal itu mengingat tingginya nilai dari produk sarang burung walet dan produk turunannya.

"Bayangkan, kalau satu kilogram (kg) saja harganya Rp25 juta, bagaimana kalau satu ton. Nilainya begitu tinggi," ungkap Mendag.

Tahun ini, kata dia, ekspor sarang burung walet semakin menggeliat. Hal tersebut dibuktikan dari terselenggaranya penandatanganan kontrak ekspor sarang burung walet antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan asal China di Jakarta.

Baca Juga: Ekspor Sarang Burung Walet ke China Dikuasai Pengusaha Asal Kalimantan

Baca Juga: Satpolairud Polresta Banjarmasin Tangkap DPO Kasus Pencurian Sarang Walet di Kapuas

Baca Juga: Mulai 2019, Barut Kembali Berlakukan Pajak Sarang Burung Walet

Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner