bakabar.com, BARITO KUALA – Hari Pangan Sedunia (HPS) 2019 telah berlalu. Lahan gambut seluas kurang lebih 4.000 hektar itu terlihat ‘mangkrak’. Beberapa buah elevator dan traktor terparkir di sekitar sawah Jejangkit, Barito Kuala.
Pagi tadi, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (ULM) melakukan panen perdana di dua hektar lahan SIUTI program riset mereka. Di sana, kampus tertua di Kalimantan itu mampu memanen sekira 6,2 ton per hektar.
Ya, pada gelaran ke-XXXVIII 2018, Oktober silam, perayaan HPS difokuskan di Jejangkit. Di kawasan lahan gambut seluas 4 ribu hektar ditanami bibit padi unggul.
Alih-alih memiliki potensi terpendam, ratusan hektare di antaranya malah sempat terendam, dan gagal panen. April lalu, kepada bakabar.com, sejumlah petani di sana mengeluh. Program budidaya terkesan dipaksakan.
Melalui riset atau penelitian mendalam lebih dulu, Pemprov Kalsel ogah jika proyek itu disebut proyek yang tergesa-gesa.
“Ya tidak, saat pelaksanaan Hari Pangan Sedunia, kita juga telah melakukan riset. Namun, tidak dalam satu hamparan yang luas atau masih per spot lahan saja,” ucap Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura Kalsel, Herliannor kepada bakabar.com, Jumat pagi.
Ia melihat hasil penelitian ULM masih dalam lingkup kecil. Sehingga rekomendasi yang dikeluarkan tak bisa menyeluruh. Apalagi, karakteristik setiap lahan berbeda-beda.
“Kami di 2019 akan secara swadaya mengembangkan kurang lebih 15 hektar. Masing-masing bidang mencoba lagi. Kami ingin turun langsung, apa sih kendalanya, agar kendala itu menjadi bahan pemikiran,” ujarnya.
Kendati demikian, ia mengapresiasi hasil riset ULM. Ke depan, pemerintah provinsi kata dia siap memberikan contoh ke masyarakat. Terkait keberhasilan mengembangkan tanaman padi di lahan HPS.
Ketika hitungan ekonomi sudah kelihatan, maka pihaknya selaku pemegang kebijakan akan menghadirkan program Serasi. Dalam program “selamatkan rawa, sejahterakan petani (Serasi)", diketahui Sumsel dan Kalsel masing-masing mendapat pengembangan lahan rawa seluas 250 ribu hektare (Ha).
“Kalaupun mereka kesulitan membuka lahan, maka akan kita bantu nanti,” cetusnya.
Terlebih, kata dia, kondisi lahannya merupakan sub marjinal. Artinya terlalu banyak investasi yang dikeluarkan. Dengan hasil riset ULM, harap dia, tak hanya sekadar hasil yang diperlihatkan. Namun bagaimana mengenai untung-ruginya.
“Sehingga hasil perhitungan menunjukkan penggarapan lahan itu lebih efisien atau tidak,” pungkasnya.
Baca Juga: Petani Berharap Tuah Tanam Ulang Sawah Eks HPS 2018
Baca Juga: Hari ini Lahan HPS di Jejangkit Muara Mulai Dikelola (Lagi)
Baca Juga: Wajar Padi Tak Bisa Tumbuh, Dewan Sebut Lahan HPS Bermasalah
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah