Tak Berkategori

Meraba Peta Perpolitikan di Pilkada 2020, Pengamat Ini Bocorkan 5 Strategi

apahabar.com, BANJARMASIN – Bermunculan figur-figur yang memiliki kans dalam kontestasi Pilkada Gubernur-Wakil Gubernur maupun Wali-Wawali dan…

Featured-Image
Ilustrasi, Khairul Saleh diprediksi akan bertarung melawan sang petahana, H Sahbirin Noor di Pilgub 2020 mendatang.

bakabar.com, BANJARMASIN - Bermunculan figur-figur yang memiliki kans dalam kontestasi Pilkada Gubernur-Wakil Gubernur maupun Wali-Wawali dan Bupati mendatang disambut baik oleh Pengamat Politik dan Kebijakan Publik FISIP Universitas Lambung Mangkurat, Taufik Arbain.

Dia menilai, hal itu akan membangkitkan gairah demokrasi di Banua. Dan itu menurutnya, akan berdampak bagus bagi kematangan demokrasi warga banua.

Baca Juga: Gubernur Sampaikan Evaluasi LKPJ 2018, Anggota Dewan Intrupsi 272 Rekomendasi Catatan BPK RI

“Sebab, demokrasi dihadirkan memang untuk membangun kegairahan dan partisipatif dalam menggunakan hak memilih dan dipilih,” ucapnya kepadabakabar.com, Kamis (13/6).

Maka, jika ada aroma isu-isu pembatasan atau komentar mendownkan kandidat lain, justru mengarah pada penguatan defisit demokrasi.

Dalam sepekan terakhir, misalnya ada bermunculan nama-nama untuk bakal menjadi kontestasi Gubernur di luar soal demokrasi, justru memberikan keuntungan bagi para kontestan.

Sebab, kata dia, dengan munculnya nama-nama tersebut memungkinkan adanya beberapa strategi. Pertama, mempetakan siapa sesungguhnya lawan utama dalam pilkada. Kedua, mempetakan siapakah yang lebih tepat mendampingi atau didampingi. Ketiga, mempetakan seberapa besar respon publik atas diri kandidat dan pesaing.

Keempat, mempetakan jaringan apa yang tepat menghadapi lawan. Selanjutnya, framing dan strategi public opinion maker bagaimana diluncurkan. Terakhir, terpetakan mana pehayaman, pembalantikan dan pembanjuran maandak lukah, dalam istilah Banjar.

Munculnya nama seperti Sultan Khairul Saleh, H Sulaiman Umar, Rosehan NB, Mardhani H Maming, bahkan Rudy Resnawan adalah putera-putera banua yang memiliki potensi untuk menjadi kans Gubernur Kalimantan Selatan di masa akan datang.

Termasuk kans wakil gubernur Habib Abdurahman, Habib Hamid, H Haris Makie, H Muhidin, Ibnu Sina, Hasnuriyadi, Hasanudin Murad, Aditya Mufti Arifin, maupun Rifqinizami Karsayuda.

Munculnya, figur-figur demikian, harus diapresiasi sebagai betapa meriahnya dinamika politik dan demokrasi di banua ini, karena mereka telah menorehkan jejak kepolitikannya di banua.

Munculnya figur-figur tersebut dalam politik, tidak serta-merta vis a vis antara petahana dan penantang, justru memungkinkan terjadinya saling mengisisiapa menjadi Gubernur dan siapa menjadi wakil.

Jika hari ini misalkan, Paman diisukan akan berdampingan dengan H Muhidin, bisa saja Paman akan berdampingan dengan yang lain tergantung 5 point yang saya sampaikan sebelumnya.

Justru munculnya nama-nama kandidat akan dengan mudah menentukan siapa wakil yang akan turut membantu mendulang suara.

“Jadi, politik itu fleksibel dan soal waktu. Jika pasangan di-plot sedari awal tanpa melihat siapa lawan, justru akan kontra produktif,” ujarnya.

Dia sangat meyakini bahwa Paman Birin sebagai petahana hari ini, sangat berbangga jika muncul calon-calon penantang. Selain menjadi bahan analisis strategi bagi Paman, justru yang utama Paman Birin sebagai Wakil Pemerintah Pusat, Gubernur Kalsel adalah pembina politik di daerah yang otomatis membuka ruang-ruang demokrasi yang elegan dan bergairah wujud kemampuan dalam membina kondisi politik dengan baik.

“Jadi kalau ada mengisukan sedari dini, sekali lagi sedari dini Paman Birin melawan kotak kosong, justru kontra terhadap sikap arif paman yang selama ini welcome soal persaingan politik, dan malah merugikan Paman karena akan mendorong terbentuknya common enemy terhadap Paman,” ujar Doktor jebolan Fisipol UGM ini.

Taufik Arbain yang juga staf khusus Gubernur bidang Politik, Kebijakan Publik dan Kebudayaan ini lebih jauh menjelaskan dinamika politik saat Pemilu Presiden dan Legislatif dipastikan menjadi indikator pemetaan bagi para analis-analis politik.

Tidak linearitasnya kemenangan parpol, ormas-ormas, komunitas penyokong capres-cawapres di Kalsel diperlukan ketajaman dalam membaca peluang-peluang dan kemungkinan-kemungkinan.

Aspek kultural, representasi kawasan dan latarbelakang, jaringan, kesiapan finansial, aspek praktek kleintenlesme politik akan mudah melihat berapa figure yang akan menjadi konstestan pada tahapan penetapan calon, bisa 2 paslon atau 3 paslon bahkan cuma 1.

Bahkan, kondisi Pilkada serentak Provinsi/Kab/Kota menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dalam taktik kemenangan.

Lalu bagaimana dengan nama H Sulaiman Umar menjadi cawagub Paman sebagaimana pemberitaan selama ini?

Ia kira justru nama H Sulaiman Umar dalam pandangan publik masih dianggap dalam simpul jejaring Paman, kondisi ini malah tidak menguntungkan dalam kepentingan Paman. Jika ada pihak mendorong H Sulaiman Umar ke level Provinsi, ia menduga ada agenda pengamanan kepentingan perebutan Tanah Bumbu 1 pada Pilkada 2021, agar tidak berkontestasi dengan H Sulaiman Umar.

Meskipun sebenarnya feelingnya mengatakan, H Sulaiman Umar justru memungkinkan menjadi Kuda Hitam didamping Rifki Nizami Karsayuda atau sebaliknya sebagai orang-orang muda progressif.

“Namun itu bisa terjadi jika ada kejadian luar biasa,” tutup Direktur Survei Banua Meter ini.

Baca Juga: Pilgub Kalsel: Sultan Banjar Berebut Suara di Kandang Golkar

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner