bakabar.com, BANJARMASIN – Ibadah puasa diwajibkan Allah SWT kepada orang beriman dengan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan. Nah, apakah puasa kita sudah sesuai sunah Nabi SAW?
Bisakah kita mencontoh cara dan adab puasa Rasulullah SAW? Dr Hasan Basri Tanjungseperti dilansir Republika mengungkapkan, tentu saja bisa, karena Rasul SAW adalah teladan bagi umatnya. Hanya saja, sejauh mana kita bisa menirunya? Di situlah letak perbedaan kualitas setiap orang.
Dr Hasan Basri kemudian mengutip adab puasa Nabi SAW dalam Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq:
Sahur
Pertama, bersahur sekadarnya. Nabi SAW selalu bersahur walaupun seteguk air. Bersahurlah kalian, karena makan sahur itu berkah. (HR Muttafaq alaih).
Beliau berniat sejak malam hari dan bersahur, lalu banyak beristighfar (QS [3]:17). Jadi, kelirulah jika banyak makan sahur agar esok hari tidak lapar dan haus. Beliau SAW juga mengakhirkan sahur hingga menjelang Subuh.
Mawas Diri
Kedua, berbenah sepanjang hari. Puasa bukan hanya menahan diri dari yang membatalkan, seperti makan, minum, dan seks, tetapi juga dari yang menodai puasa, seperti berkata buruk, dusta, marah, menipu, dan zalim (HR Ibnu Hibban).
Nabi SAW menjaga diri dari kata dan laku yang meremehkan orang. Jika ada yang mengusik, beliau ajarkan kita berkata, “inni shaaim” (aku sedang puasa). Sejujurnya, kita bisa menjaga dari yang membatalkan, tetapi sering kali gagal mengendalikan diri dari yang menodainya.
Baca Juga: Nasehatnya Selalu Ditaati, Ini Kunci Sukses Dakwah Imam Hasan Al Basri
Baca Juga: Guru Seman dan Cara Unik Membimbing Murid
Aktif
Ketiga, beraktifitas seperti biasa. Boleh jadi kita salah kaprah. Ketika puasa mengurangi produktivitas kerja. Puasa dianggap beban yang melemahkan. Tidur sebagai ibadah dijadikan dalil dan dalih sekaligus.
Nabi SAW mengajarkan puasa itu menguatkan jiwa seorang Mukmin. Bukankah sebagian besar perang yang dipimpinnya seperti Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan? Beliau dan sahabatnya tetap berpuasa hingga ada yang gugur syahid dalam pertempuran.
Cermat Berbuka
Keempat, berbuka tetap terkendali. Kita mampu menahan dari makan dan minum pada siang hari, tetapi sering tidak terkendali saat berbuka. Segala macam menu dihabiskan sampai kekenyangan.
Kita berbuka seperti balas dendam atas rasa lapar dan haus seharian. Badan pun terasa berat dan mata mengantuk saat menjalankan salat. Mampukah kita mencontoh Nabi SAW yang hanya berbuka dengan beberapa buah kurma atau segelas air, lalu berdiri salat maghrib?
Bangun Malam
Kelima, terjaga pada malam hari. Nabi SAW menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah. Salat malam yang lama, baik di masjid maupun di rumah bersama keluarga. Terutama pada pengujung malam, lailatul qadar akan turun. Beliau lebih giat iktikaf, tilawah Alquran, zikir, dan istighfar.
Sementara kita semakin sedikit beribadah, tetapi banyak berdesakan di mal atau pasar. Sibuk menyambut Lebaran dengan pakaian baru dan lupa, Ramadan akan segera berlalu.Allahu a’lam bish-shawab.
Baca Juga: Cerita Kemurahan Hati Tuan Guru Nuzhan Dalam Pagar
Baca Juga:Ucapan Orang-Orang Shaleh Menjelang Kewafatan Mereka
Editor: Muhammad Bulkini