Tak Berkategori

Ramadan di Negeri Tirai Bambu, Munif Semula Diragukan Bisa Puasa

Durasi puasa waktu yang cukup lama di Negeri China (16 jam), sempat membuat orang sekitarnya meragukan…

Featured-Image
Musim dingin di China. Foto-Net

Durasi puasa waktu yang cukup lama di Negeri China (16 jam), sempat membuat orang sekitarnya meragukan Munif bisa menahan lapar dan dahaga di siang hari selama 1 bulan. Namun akhirnya mereka dikejutkan, bahwa keyakinan (iman) bisa membuat seseorang lebih kuat dari apa yang orang biasa lakukan.

Nita, BANJARMASIN

"Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri China", ungkapan ini memang sangat populer dan sering dijadikan acuan untuk menuntut ilmu sejauh apapun ilmu itu berada. Meski ungkapan itu sejatinya tak bertujuan hanya ke Negeri China, namun negeri tersebut tak bisa dipungkiri merupakan negeri maju yang bisa digali pengetahuannya.

Baca Juga: Masjid Jami Sirajul Huda, Masjid Keramat Peninggalan Datu Surya Sakti

Salah satu dari sekian banyaknya penimba ilmu dari Indonesia yang ada di sana adalah bernama Siti Munifatul Karomah (21). Wanita asal Magelang, Jawa Tengah ini tercatat sebagai mahasiswa jurusanTeaching ChinesediBeijing Language and Culture University.

"Alhamdulillah setelah lulus dari MAN 3 Sleman, saya berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah di China," ujar wanita yang akrab di sapa Munif itu.

"Kemarin masuknya di tahun 2017, saat ini sudah semester 4," imbuhnya.

Munif mengaku cukup mudah menjalankan ibadah puasa di Negeri China. Masyarakat China, menurutnya, sangat ramah terhadap umat muslim.

"Alhamdulillah tidak ada kendala. Ada yang mengetahui tentang puasa ada juga yang tidak. Bahkan beberapa orang ada yang terkejut dan tidak percaya, saya bisa tahan selama 1 bulan tidak makan saat siang hari. Tetapi banyak juga yang support seperti beberapa kawan saya yang non-muslim ikut tidak makan minum di siang hari selama bulan Ramadan," ungkapnya.

Di China -tepatnya di lingkungan sekitarnya-, Munif mengaku bersyukur bisa menjalani ibadah tanpa hambatan berarti. Masjid dan makanan halal mudah ditemukan.

img

Suasana buka puasa di KBRI Beijing. Foto-Istimewa

"Di Beijing sangat mudah menemukan Mesjid, jaraknya juga tidak terlalu jauh. Tapi biasanya saya salat tarawih di KBRI Beijing. Setiap harinya akan ada satu ustaz dari Dompet Dhuafa yang datang sebagai imam salat, kita juga bisa sekalian bayar zakat dengan pihak mereka," katanya.

Ketika ditanya soal makanan khas muslim di sana, Munif mengungkapkan, "Banyak banget, contohnya ada lanzhou lamian, kurma xinjiang, yangrou chuar: seperti sate tapi lebih besar potongan dagingnya), da ban ji: seperti ayam kecap tapi dengan bumbu khas sini, jiao zi: pangsit."

Selain soal makanan, Munif juga dimudahkan dengan penentuan waktu puasa dan waktu salat. Sebab persatuan muslim Tiongkok telah mengeluarkan ketentuan tersebut.

"Puasa di sini sekitar 16 jam. Kemarin saat penentuan awal Ramadan saya mengacu pada persatuan muslim Tiongkok yang menggunakan mazhab Hanafi," ucap Munif.

Ramadan ini adalah kali kedua bagi Munif menjalani puasa di negeri tersebut. Selama itu, dia harus menyesuaikan jadwal perkuliahan yang dijalani, sehingga kepulangannya ke Indonesia harus tertunda.

"Selama ini saya merayakan Idul Fitri di KBRI Beijing, perayaannya sama seperti di Indonesia. Salat Ied,open house oleh KBRI dan makan-makan. Biasanya pulang saat libur semester dingin atau musim panas," akunya.

"Tapi kangen juga sih momen sahur dan berbuka bersama keluarga, ngabuburit sama temen dan belanja takjil di pasar Ramadan," tambahnya.

Baca Juga: Tak Ingin Kesepian, Andi Dewangga Ajak Keluarga ke South Australia

Reporter: AHC09Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner