Mereka yang minoritas kerap kali mendapatkan perlakuan deskriminatif dari pihak mayoritas. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Vela Febya. Sebagai seorang muslim berada di lingkungan minoritas di Berlin, Jerman, dara berusia 24 tahun tersebut tetap kuat menjalani ibadah puasa selama Ramadan sekarang ini.
Musnita Sari, BANJARMASIN
Ia sendiri berada di Berlin belum satu tahun ini. Pasalnya baru sejak September 2018 lalu, wanita asal Tasikmalaya ini harus meninggalkan tanah air tercinta, untuk bekerja.
"Ini pertama kalinya berpuasa di negara yang minoritas muslim. Sebelumnya sih pernah merasakan puasa di Mekkah dan Madinah saat umroh. Jadi memang tantangannya sangat berbeda, mulai dari lama berpuasa sampai dengan suasananya," ucap Vela.
Baca Juga: 8 Minuman Menyegarkan Sekaligus Menyehatkan Saat Berbuka
Vela bercerita, setelah lulus dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung, langsung menjadi Relawan Internasional yang bekerja di sebuah lingkungan tempat tinggal bagi penyandang disabilitas.
Memutuskan tinggal di negara minoritas muslim menurut Vela ternyata tidak selamanya menakutkan. Di tempat tinggalnya saat ini, masyarakat sangat menyambutnya dengan hangat, bahkan menghormatinya yang sedang berpuasa.
"Aku tinggal di sebuah apartement yang merupakan fasilitas dari organisasi. Alhamdulillah, kolega di tempat kerja sangat ramah dan menghargai aku yang lagi puasa,” terang Vela.
Ia mencontohkan ketika waktu makan siang tiba. “Mereka kalau makan di depan aku pasti minta izin dulu. Malah kadang ada yang suka ngumpet gitu, karena gak enakan sama aku. Aku tersentuh banget pokoknya," ceritanya.
Ia menambahkan meskipun diperlakukan ramah, namun tidak semua masyarakat di sana mengerti tentang makna puasa.
Apalagi di Berlin saat ini hampir memasuki musim panas, sehingga umat muslim harus berpuasa 18 jam lamanya.
"Awalnya mereka kayak heran gitu, beneran puasa 18 jam tanpa minum dan makan? Saking perhatiannya bos aku malah bilang “Vela gapapa sesekali minum, nanti kamu dehidrasi." Tapi aku jelasin lagi hakikatnya puasa itu bagaimana," demikian Vela menjelaskan.
Waktu memang jadi kendala yang dihadapi oleh Vela. Ia harus pintar-pintar mengatur waktu agar tidak mengganggu rutinitasnya saat bekerja dan istirahat.
"Agak susah sih memanage waktunya. Buka puasa jam 21.00 dan sahur di jam 02.00, karena jam 03.00 sudah masuk waktu subuh. Lalu harus bangun pagi lagi untuk kerja. Jadi kurang tidur gitu lah. Tapi gak papa sih, kapan lagi ngerasain vibe Ramadan yang berbeda,” selorohnya.
Dibalik kendala yang dirasakannya, ia masih diberi kemudahan dalam menemukan tempat ibadah dan makanan halal. Seperti di masjid Indonesia, namanya Masjid Al-Falah.
“Jadi info-info penting kayak waktu salat, puasa, juga zakat aku dapatkan di situ. Mereka juga mengikuti info dari Majelis Ulama Europe. Nah kalau untuk keseharian, aku menggunakan aplikasi MuslimPro," terangnya.
Kebanyakan umat islam yang tinggal di Jerman berasal dari bangsa Turki. Menurut Vela, sebagian besar makanan halal yang ia temui ternyata dulunya di bawa oleh imigran Turki.
Sekarang malahan, kata Vela, jadi salah satu makanan khas di Jerman. "Di Berlin banyak banget imigran dari Turki, ada juga refugee dari Timur Tengah. Supermarket yang menjual bahan makanan halal juga kebanyakan dikelola orang-orang Turki. Ada satu makanan Turki yaitu Doner Kebab yang sekarang jadi makanan khas sini," ungkapnya
Karena ini adalah Ramadan pertamanya di Berlin, tahun ini ia pun memutuskan untuk tidak mudik ke kampung halaman.
Rencananya ia dan teman-teman sesama Indonesia di sana akan berkumpul di KBRI Berlin untuk merayakan Idul Fitri. "Biasanya ada open house oleh KBRI Berlin. Jadi nanti kumpul dan makan bareng di sana." katanya.
Meskipun belum satu tahun meninggalkan kampung halaman. Namun Vela tidak menampik selalu merindukan suasana bersama keluarga dan teman dekat terutama dimomen Ramadan seperti ini.
"Tentu saja rindu semua momen Ramadan bersama keluarga dan teman-teman di Indonesia. Mulai dari sahur, buka puasa, hunting takjil makanan khas Ramadan. Seperti kolak, es buah, gorengan. Bahkan aku kangen banget suara bedug keliling untuk membangunkan saat sahur," pungkasnya.
Baca Juga: Begini Tips Ajak Buah Hati Berpuasa
Editor: Ahmad Zainal MuttaqinReporter: AHC09