Tak Berkategori

Pemko Banjarmasin Optimistis 50 Persen Pelaku UMKM Terdigitalisasi 2024 Mendatang

apahabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah Kota Banjarmasin optimistis mampu mencapai target sekitar 50 persen pelaku Usaha Mikro…

Featured-Image
Geliat pengrajin kain sasirangan di Banjarmasin. Foto-panduanwisata.id

bakabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah Kota Banjarmasin optimistis mampu mencapai target sekitar 50 persen pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah terdigitalisasi pada 2024 mendatang.

Target 50 persen pelaku UMKM terdigitalisasi itu dicanangkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM beberapa waktu lalu. Bahkan, tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)2020-2024.

“Kita optimis sekitar 50 persen pelaku UMKM akan terdigitalisasi. Sejauh ini kita masih mensosialisasikan kepada pelaku UMKM di Banjarmasin,” ucap Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Banjarmasin, Priyo Eko kepadabakabar.com, Sabtu (11/5).

Di tengah tuntutan era digital, kata dia, terdapat satu hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan oleh pelaku UMKM yakni kualitas sebuah produk tersebut. Mengingat, satu kendala yang dialami oleh pelaku UMKM di Banjarmasin yakni kualitas sebuah produk.

Digitalisasi, sambung dia, hanya sebagai wadah promosi barang dagangan pelaku UMKM sesuai dengan perkembangan zaman.

“Namun, tetap diperhatikan produk tersebut. Kalau produknya kalah bersaing, artinya sia-sia dong program digitalisasi tersebut,” tegasnya.

Sejauh ini, program melahirkan 2.500 pelaku UMKM di Banjarmasin telah mencapai 80 persen. Sepanjang2017-2019, sedikitnya sebanyak 2.000 pelaku UMKM yang lahir di Banjarmasin.

“Sampai dengan 2018 kemarin itu sebanyak 1.800 UMKM. Kemudian, sampai Triwulan I 2019, sudah sekitar 200 pelaku UMKM,” tegasnya.

Sekedar diketahui, UMKM adalah satu tulang punggung ekonomi di Indonesia. Perannya yang vital itu tergambar dalam data bahwa dari sekitar 62 juta unit usaha di Indonesia, sekitar 99% merupakan UMKM.

Untuk itu, pemberdayaan sektor UMKM amatlah penting, tak hanya bagi pemerintah, namun juga pihak lain seperti institusi di bidang terkait sampai akademisi. Apalagi kehadiran teknologi sering dianggap sebagai disrupsi karena ditengarai malah akan mengurangi jumlah potensi tenaga kerja sektor UMKM.

Baca Juga: Usung Program Branchless Banking, Mandiri Optimis Majukan UMKM Kalsel

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner