bakabar.com, BANJARMASIN – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalimantan Selatan (Kalsel) menilai tingkat ekspor kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di Mei 2019 relatif sama dengan April 2019 kemarin, yakni sebanyak 200.000-250.000 ton per bulan.
“Ekspor kita masih bagus. Grafik ekspor di Mei 2019 dibandingkan April 2019 masih sama,” ucap Ketua GAPKI Kalsel, Totok Dewanto kepadabakabar.com, Selasa (28/5).
Harga kelapa sawit di triwulan I 2019 dibandingkan triwulan I 2018, memang ada kenaikan harga. Dari Rp900 hingga Rp1.200 menjadi Rp1.700 perkilogram.
“Namun di triwulan II 2019 kembali mengalami penurunan hingga Rp1.300 perkilogram,” cetusnya.
Penurunan harga itu, sambung dia, dikarenakan adanya perang dagang antara Amerika Serikat-China. Kemudian, adanya blokade dan kampanye hitam kelapa sawit dari Uni Eropa.
Ditambah, terdapat kebijakan baru negara pengimpor khususnya India yang menaikan pajak impor yakni dari 20 persen menjadi 40 persen.
“Oleh sebab itu, kita telah menjajaki pasar baru ekspor kelapa sawit yakni di Afrika dan negara Timur Tengah,” tegasnya.
Namun, sejauh ini tingkat produksi kelapa sawit di Kalsel, kata dia, dinilai mengalami penurunan. Lantaran telah memasuki musim kemarau. Bahkan, penurunan itu mencapai 10 hingga 15 persen dibandingkan sebelumnya.
Ia berharap agar terwujudnya program B20 dan B100 yang akan meningkatkan produksi sawit dalam negeri.
“Sekarang Bank Kalsel pun akan berupaya masuk ke ranah perkebunan kelapa sawit,” tutupnya.
Baca Juga:Pemerintah Remajakan Belasan Ribu Hektare Sawit Petani di Paser
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Syarif