bakabar.com, BANJARMASIN - Sebagian masyarakat sekitar mempercayai bahwa kera yang terdapat di Pulau Kembang, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel) adalah jelmaan dari makhluk gaib. Benarkah?
Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya Kalimantan (LKS2B), Mansyur mengutip pendapat Idwar Saleh (1981-1982) yang menyebutkan, terdapat dua versi terkait pandangan tersebut.
Pertama, disebutkan tanah yang baru muncul di permukaan air itu mengambang (meluap/meluap), sehingga Pulau Kembang juga dinamakan 'Pulau Maluap'.
Versi kedua, lanjut Mansyur, setelah pulau ini muncul di permukaan air dan ditumbuhi hutan, pulau ini menjadi kediaman atau habitat kera.
"Masyarakat sekitar pun menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan jelmaan dari makhluk-makhluk gaib atau orang halus, yang memakai sarungan kera," katanya.
Kelompok kera tersebut kala itu, lanjut Mansyur, dipimpin kera berukuran besar yang bernama (diberi nama, red) si Anggur. Pulau tersebut kemudian dijadikan sebagai tempat orang melakukan ritual semacam nazar.
"Tak jarang, orang yang datang ke pulau itu membawakan sesajen seperti pisang, telor, nasi ketan dan sebagainya," tutur Mansyur.
Sesajen ini, lanjut Mansyur, biasanya disertai mayang pinang dan kembang-kembang. Mayang dan kembang tersebut kemudian diberikan kepada kawanan monyet. Karena itulah, menurut dia, pulau tempat orang berhajat dan menabur kembang ini akhirnya disebut penduduk sekitar dengan nama 'Pulau Kembang'.
Pulau Kembang, tambah dia, bagi para meneer Belanda disebut Apeneiland. Pulaunya para kera. Bukan pulau monyet atau "monkeys". Perbedaan kera dengan monyet dapat dilihat dari klasifikasi ilmiah ataupun dari perbedaan ciri-ciri tubuh.
Mansyur menyebutkan, berdasarkan klasifikasi ilmiah, kera (apes) dan monyet (monkeys) berasal dari sub-famili berbeda. Kera berasal dari superfamili Hominoidea. Sementara monyet (monkeys) termasuk superfamili Cercopithecidae dengan satu famili yakni Cercopithecidae.
“Secara fisik, perbedaan antara kera dan monyet paling kentara dan mudah dikenali adalah keberadaan ekor,” ujar dia.
Literatur sejarah hanya mencatat bagaimana terbentuknya 'Pulau Kembang', namun dari mana datangnya kera, belum dapat dipastikan.
Baca Juga: Sejarah Amerongen (1); Kampung di Banjarmasin yang Terinspirasi Eksotisme Negeri Tulip
Baca Juga: Masjid Raya Sabilal Muhtadin (1), Begini Sejarah Dibangunnya
Baca Juga: Sejarah Kampung Basirih; Asal Nama Hingga Suku Pertama yang Menghuni Wilayah Itu
Baca Juga: Catatan Sejarah dari Kampung Tua Banjar Sungai Jingah
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini