bakabar.com, BERAU – Keberadaan Pejuang SIGAP di Kabupaten Berau membantu 99
Kampung untuk memperbaiki tata kelola desanya.
"Kami berharap mereka dapat membantu pemerintah desa untuk memperbaiki data desanya," ujar Surtini, Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Pemberdayaaan Masyarakat Kampung Kabupaten Berau dalam siaran pers yang diterima bakabar.com, Selasa (30/4).
Sebelumnya Pelatihan Coaching Clinic, Pemonitoran dan Evaluasi Pejuang SIGAP di Kampung Merabu dihelat pada 27 April 2019.
Pejuang SIGAP adalah anak-anak muda dari Berau yang direkrut oleh Pemerintah
Kabupaten Berau sebagai fasilitator kampung untuk membantu percepatan pembangunan
kampung.
Ada tiga tugas utama para pejuang ini. Pertama membantu perbaikan tata kelola
kampung terutama pemutakhiran data profil kampung, data dasar keluarga dan
RPJMKampung.
Baca Juga: Menanti Tuah Jembatan Mahakam IV
Kedua, memfasilitasi kampung mendapatkan wilayah kelola khususnya terkait
perhutanan sosial dan skema lainnya.
Dan terakhir, pengembangan ekonomi masyarakat melalui penataan Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) yang baik.
Keberadaan mereka di Berau atas dukungan Pemerintah Kabupaten Berau, Berau Coal, Universitas Gadjah Mada dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang terafiliasi dengan The Nature
Conservancy Indonesia.
Sebanyak 111 pejuang telah terpilih untuk mendampingi 99 Kampung di Berau selama
setahun dan menjalani pelatihan pada 14-23 Desember 2018 di Kecamatan Derawan,
Kabupatan Berau.
Mereka mendampingi warga dengan pendekatan akSi Inspiratif warGA untuk Perubahan (SIGAP)-pendekatan pendampingan masyarakat yang dikembangkan The Nature Conservancy untuk tata kelola pemerintahan desa dalam pengelolaan sumber daya alam lestari.
Sedari pelatihan SIGAP di akhir Desember 2018, para pejuang ini memerlukan peningkatan
pengetahuan dan ketreampilan tentang tata kelola desa.
"Potensi dan profil desa di Berau ini, memang banyak yang belum lengkap, padahal data tersebut dibutuhkan untuk perencanaan baik di tingkat desa maupun kabupaten," kata Surtini.
Keberadaan pejuang SIGAP, menurut dia, merupakan terobosan. Lantaran mereka membantu aparat kampung dalam pengisian profil kampung dan penilaian Indeks Desa Membangun.
"Sepertinya sepele, tapi data-data ini adalah kunci untuk membuat kebijakan," ujar Surtini.
Data-data seperti demografi penduduk dan potensi sumber daya alam desa akan menjadi sumber
kebijakan, pemonitoran dan evaluasi kinerja pemerintah kabupaten.
Menurut Manajer Program Kawasan Lindung dan Pemberdayaan Masyarakat YKAN Taufiq Hidayat, para pejuang ini perlu berkolaborasi, berbagi pengalaman dan
pembelajaran serta belajar tentang isu-isu pembangunan desa terkini.
Maka YKAN mendukung pemerintah Berau untuk melakukan pelatihan bagi para pejuang yang terbagi empat sesi mulai dari 24 April-3 Mei 2019.
Pelatihan pejuang SIGAP di Kampung Merabu adalah pelatihan ketiga yang digelar setelah pelatihan serupa di Tanjung Redeb dan Tanjung Batu. Pelatihan terakhir akan bertempat di Kampung Biduk-Biduk.
"Pertemuan ini menjadi wadah bagi semua pihak untuk mensinergikan langkah," ujar Taufiq.
Agar melengkapi tiga tujuan pejuang SIGAP, kata Taufiq, pelatihan selanjutnya
akan berfokus pada penyusunan atau review RPJMK dan BUMKam.
Baca Juga: Tinjau TPS, Gubernur Kaltim Andalkan Heli
"Trennya saat ini, banyak kampung di Berau membuat BUMKam, tanpa analisa usaha yang baik dan penataan kelembagaan," kata Taufiq.
Akibatnya BUMKam belum memberikan keuntungan dan menyejahterakan warga, namun sudah merugi terlebih dahulu, bahkan akhirnya tutup.
Padahal keberadaan BUMKam adalah menjadikan desa mandiri secara ekonomi, sekaligus
menyejahterakan warga.
Editor: Fariz F