bakabar.com, BANJARMASIN -Duka masih menyelimuti negeri ini pasca Pemilu 2019. Bagaimana tidak, ratusan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia.
Di Kalsel tercatat ada 5 pejuang demokrasi yang menghembuskan napas terakhir pasca Pemilu 17 April 2019 lalu. Sedangkan 57 petugas KPPS lainnya sakit dan ada yang masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Lantas apa kata Ikatan Doktor Indonesia (IDI) Kota Banjarmasin melihat fenomena ini. Ketua IDI Banjarmasin, Dr H M Syaukani mengungkap banyak faktor penyebab banyaknya KPPS sakit hingga meninggal dunia.
“Pertama yang saya amati adalah waktu kerja yang sudah melewati jam biologis manusia. Mereka bekerja bahkan sampai 24 jam. Ini memicu terjadinya kelelahan,” ujarnya saat dihubungibakabar.com, Selasa (30/4).
Pihaknya juga melihat pemeriksaan kesehatan untuk KPPS hanya formalitas. Artinya sebagian KPPS ada yang sehat ada yang tidak ketika ikut melangsungkan pesta demokrasi 5 tahunan itu.
Bahkan ada petugas yang tua, namun tetap dipaksakan masuk dalam jajaran KPPS. Faktor stres dan tekanan psikologis yang tinggi menjadi pemicu tumbangnya petugas KPPS. “Jadi jam kerja, kemudian kondisi kesehatan sebelum pelaksanaan juga jadi pemicu," katanya.
Menurutnya KPPS berada pada lingkungan kerja yang berat, mengharuskan mereka sesegera mungkin menyelesaikan deadline tugas.
Ditambah lagi, karena terlalu sibuk sebagai petugas KPPS dalam menyiapkan pemilu juga bisa memicu badannya kurang nutrisi.
Baca Juga:Ini Besaran Santunan Untuk Pejuang Demokrasi
Baca Juga:Banyak Pejuang Demokrasi yang Tumbang Tidak Terdaftar BPJS Kesehatan
Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Syarif