Tak Berkategori

30 Menit Bersama Hj Zakiyah, ‘Legenda’ Penyiar RRI Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Dua puluh lima tahun sudah Hj Zakiyah menjajal kemampuannya di bidang penyiaran radio….

Featured-Image
Hj Zakiah, penyiar radio. Foto-apahabar.com/Eddy Andriyanto

bakabar.com, BANJARMASIN – Dua puluh lima tahun sudah Hj Zakiyah menjajal kemampuannya di bidang penyiaran radio. Ia pertama kali terjun bergabung dengan media audio ini sejak tahun 80-an.

Menurutnya, menjadi seorang penyiar radio bisa membuat kebahagiaan untuk banyak orang yang mendengarkan.

“Kita memang tidak pernah bertatap langsung dengan pendengar. Tapi saat sedang siaran kita merasa seakan dekat banget,” ungkap Hj. Kiki-sapaan Hj. Zakiyah, saat ditemui bakabar.com di ruang kerjanya RRI Banjarmasin.

Hj Kiki tak menyangka akan menjalani profesi sebagai penyiar radio. Karena ia bukan lulusan sekolah broadcasting. Ia juga mengaku bahwa dirinya tak punya bakat khusus di bidang penyiaran, namun ia tetap percaya diri.

"Semuanya Berawal dari minat dan hobi mendengarkan radio. sampai-sampai kapanpun dan dimanapun menyempatkan waktu walau hanya sebentar untuk mendengarkan radio. Karena saat itu kan lagi boomingnya radio ya," tuturnya.

Baca Juga: Debat Capres, Jokowi Dinilai Menguasai Materi

Tanpa disadari ternyata Hj. Kiki Lolos audisi dan direkrut menjadi penyiar radio di RRI Banjarmasin, pada pertama kali bekerja wanita berhijab itu merasa grogi dan tidak percaya diri, akan tetapi dari hobi nya mendengarkan radio akhirnya ia mulai bisa terbiasa hingga bisa menarik perhatian pendengar.

"Saat menjadi seorang penyiar usahakan selalu tersenyum walaupun pendengar tidak bisa melihat kita, bahkan jika suasana hati lagi gak mood, tapi harus di moodkan agar pendengar tidak ganti saluran" ujar Hj. Kiki.

Bisa menghibur pendangar merupakan kebangaan yang paling nikmat menjadi seorang penyiar radio. Menghibur dan memberikan informasi terkait apapun itu, pendengar pasti akan merasa terhibur.

Penyiar radio sering mendengar curhatan para pendengar, bahkan beberapa penyiar berhasil memecahkan masalah dan memotivasi sang pendengar.

"Bangga bisa menghibur pendengar? Sudah pastilah. Tapi dengan kebanggaan itu jangan sampai membuat kita sombong," katanya lagi.

Tak hanya berbekal cuap-cuap, kata Hj. Kiki, seorang penyiar radio juga harus punya kemampuan untuk membaca situasi.

“Kayaknya enak ya ngomong, tapi itu ada ilmunya, Bahkan seorang penyiar itu harus memiliki wawasan yang luas. Maka penting bagi seorang penyiar radio bisa berbicara (aksen,red) secara bagus agar pendengar bisa mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh penyiar,” tandas Hj Kiki.

Bertahun-tahun menjadi penyiar radio, Hj. Kiki pasti pernah mengalami kejenuhan. Namun, pekerjaan ini sudah menjadi hobinya. “Jenuh pasti ada namanya bertahun-tahun. Tapi itu jadi kebiasaan, senang. Ini adalah hobi saya. Kalau nggak siaran ada yang hampa,” ungkapnya seraya tertawa.

Baca Juga: Perguruan Tinggi Kalsel Dinilai Bebas dari Paham Radikal

Reporter: Eddy Andriyanto
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner