Tak Berkategori

Mengenang Abah Guru Sekumpul (13), Berguru pada 179 Ulama, Tersebar dari Banjar hingga Tanah Suci

apahabar.com, BANJARMASIN – Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari atau Abah Guru Sekumpul bukanlah…

Featured-Image
Rombongan ulama Banjar yang menuntut ilmu di Tanah Suci tempo dulu, di antaranya terdapat guru-guru Abah Guru Sekumpul. Seperti, Tuan Guru H Seman Mulya, Tuan Guru H Muhammad Syarwani Abdan (Bangil), Tuan Guru H Anang Syarani Arif, Tuan Guru H Abdurrahman Ismail, dan Tuan Guru H Nawawi. Foto-mistikus-sufi.blogspot.com

bakabar.com, BANJARMASIN - Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari atau Abah Guru Sekumpul bukanlah ulama instan yang tidak jelas keilmuannya. Beliau diketahui berguru pada banyak ulama, dari Tanah Banjar hingga Tanah Suci.

Disebutkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan Mirhan dalam "KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani di Martapura Kalimantan Selatan", Abah Guru Sekumpul pernah belajar pada 179 ulama. Guru-guru tersebut tersebar dari Kalimantan, Jawa, hingga Tanah Suci.

Guru pertama Abah Guru adalah orangtua beliau dan sang nenek, Salbiyah dalam hal ketauhidan. Beliau kemudian melanjutkan belajar membaca Alquran pada Guru Hasan di perbatasan desa Pesayangan dan Keraton.

Mulai bisa membaca, Abah Guru masuk Madrasah Ibtidaiyah Kampung Keraton Martapura. Madrasah tersebut dipimpin langsung oleh Sang Paman, Tuan Guru H Muhammad Semman Mulya. Di antara guru-guru yang mengajar; Guru H Abdul Muiz dan Guru Ahmad Zaini Umar.

Pada tahun 1949, ketika Abah Guru berumur 7 tahun, beliau masuk Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Di sana beliau berguru pada banyak ulama, yang pada saat itu dikenal dengan ulama-ulama besar di zamannya.

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (6), "Kebaikan" yang Dinilai Tak tepat oleh Sang Ayah

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (7), Angin Menjadi Ribut Ketika "Dihukum" Sang Ayah

Di antara guru beliau di tingkatan Ibtidaiyah; Tuan Guru Sulaiman, Tuan Guru H Abdul Hamid Husin, Tuan Guru H Mahalli Abdul Qadir, Tuan Guru H Muhammad Zein, Tuan Guru H Rafi'i, Tuan Guru H Syahran, Tuan Guru H Husin Dahlan, dan Tuan Guru H Salman Yusuf.

Kemudian, pada tahun 1955 di usia 13 tahun, Abah Guru melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam Martapura. Di sana, beliau sudah bertemu dengan para ulama yang ahli di bidangnya. Di antara mereka juga menjadi pengajar di tingkatan sebelumnya (Ibtidaiyah).

Di antara ulama itu: Tuan Guru H Husin Dakhlan, Tuan Guru H Salman Yusuf, Tuan Guru H Husin Qadri, Tuan Guru H Salim Ma'ruf, Tuan Guru H Seman Mulya, Tuan Guru H Salman Abdul Jalil, dan Tuan Guru H Sya'rani 'Arif.

Selain belajar di Pondok Pesantren Darussalam, Abah Guru juga menimba ilmu kepada ulama-ulama tersebut di luar jam pelajaran.

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (8), Pernah Dikeroyok di Usia Sekolah

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (9), Melarang Murid Memberi Minum Saat Mengajar

Tidak hanya berguru pada ulama di Pondok Pesantren Darussalam, Abah Guru juga belajar pada ulama lainnya, seperti Tuan Guru H Nashrun Thahir (Pendiri MA Hidayatullah Martapura), Tuan Guru H Muhammad di Rantau, Tuan Guru H Muhammad Aini atau yang dikenal Tuan Haji (Tunji) Aini di Kandangan, dan Tuan Guru H Abdurrahman Kopi di Barabai.

Adapun para ulama yang menjadi guru dari Abah Guru di luar Kalsel, di antaranya: Tuan Guru H Muhammad Syarwani Abdan Al Banjari Bangil, Habib Muhammad Ba'bud (Lawang), Habib Muhammad bin Husin Al Idrus (Habib Neon, Surabaya), KH Abdul Hamid Pasuruan, dan Kiai Falak Bogor.

Sementara guru-guru beliau di Tanah Suci, di antaranya: Syekh Yasin bin Isa Al Fadani, Syekh Hasan Masyath, Syekh Ismail Al Yamani, Syekh Abdul Qadir Al Bar, Sayyid Amin Kutbi.

Guru secara rohani, sebagaimana disebutkan Buku "Figur Karismatik Ulama Banjar Abah Guru Sekumpul" di antaranya Tuan Guru H Ali Junaidi Berau, Tuan Guru Sapat (Syekh Abdurrahman Shiddiq Al Banjari).

Para ulama tersebut hanyalah sebagian dari sekian banyak guru Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani yang didapat dari berbagai sumber.

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (10), Sempat Mau Dibunuh Ketika Mengajar

Baca Juga:Mengenang Abah Guru Sekumpul (11), Dikenal Jenius, Tapi Pernah Tidak Naik Kelas

Editor: Muhammad Bulkini

Komentar
Banner
Banner