bakabar.com, BANDUNG - Ada tiga faktor penyebab terjadinya tanah longsor di Sukabumi. Seperti yang diungkapkan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani, Selasa (1/1/2019).
Tiga faktor penyebab terjadinya gerakan tanah itu adalah hujan dengan intensitas tinggi yang turun sebelum kejadian gerakan tanah, kemiringan lereng yang terjal. “Serta material penyusun lereng yang bersifat poros dan mudah menyerap air,” ujarnya.
Baca Juga: Cerita Keluarga Salah Klaim Jasad Korban Longsor Sukabumi
Lokasi longsor di daerah Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merupakan perbukitan dengan dengan kemiringan lebih dari 30 derajat atau termasuk lereng terjal hingga sangat terjal.
Lokasi bencana berada pada ketinggian lebih dari 650 – 800 meter di atas permukaan laut. Di sebelahnya terdapat alur sungai kecil.
Berdasarkan Peta Potensi Terjadi Gerakan Tanah Kabupaten Sukabumi Desember 2018 keluaran PVMBG, daerah bencana sebagian besar masuk ke dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah – Tinggi.
“Artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal,” ujarnya, Selasa, 1 Januari 2019.
Gerakan tanah itu terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
Longsor melanda pemukiman warga di Kampung Cimapag, Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Senin (31/12/2018) sore, setelah hujan mengguyur selama beberapa jam.
Jenis gerakan tanah diperkirakan PVMBG berupa longsoran bahan rombakan. Dampaknya, material longsoran menimbun 34 rumah yang dihuni 107 orang.
Sebanyak 33 orang dilaporkan selamat, selebihnya ada yang meninggal dan kebanyakan belum diketahui nasibnya.
Daerah tersebut dinilai masih sangat rawan terjadi lagi gerakan tanah dan bukit di daerah tersebut mempunyai kemiringan lereng lebih dari 30 derajat.
PVMBG mengerahkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi untuk melakukan evaluasi bencana di sekitar lokasi terhadap potensi longsoran susulan.
Ahli dan peneliti longsor dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Bandung Adrin Tohari mengatakan, longsoran yang terjadi bertipe luncuran yang berubah menjadi aliran karena tanah sangat jenuh air akibat hujan lebat. “Kecepatan longsoran tipe aliran bisa mencapai 50 kilometer per jam,” ujarnya.
Baca Juga: Longsor Sukabumi, Sudah 15 Korban Ditemukan Tewas
Longsoran terjadi pada lereng planar yang dikontrol oleh lapisan tanah keras dan membentuk cekungan di bawah permukaan tanah.
Bentuk cekungan ini mengontrol aliran air bawah permukaan yang akan meningkat naik dan menjenuhkan lapisan tanah ketika hujan deras.
“Kondisi tanah yang gembur mengakibatkan bagian lereng tersebut kemudian longsor,” pungkasnya.
Sumber : tempo
Editor : Ahmad Zainal Muttaqin