Tak Berkategori

Soal Kenaikan Harga Pangan, Simak Analisis Bank Indonesia

apahabar.com, JAKARTA – Bank Indonesia belum melihat adanya risiko dari kenaikan harga pangan atau makanan yang terjadi…

Featured-Image
Daging ayam ras menjadi salah satu bahan makanan yang mengalami kenaikan selain bawang merah, tomat sayur, maupun emas pada awal tahun ini. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA– Bank Indonesia belum melihat adanya risiko dari kenaikan harga pangan atau makanan yang terjadi sejak awal tahun ini.

Gelagat timbulnya Inflasi, sesuai prediksi bank sentral tersebut, mulai terendus setelah produsen dan peritel sudah mulai menaikkan harga sejumlah bahan makanan.

“Kami tidak melihat ada risiko tekanan inflasi dari bahan pangan, bahan makanan kami melihat belum ada kenaikan signifikan. Meski ada kenaikan untuk bawang merah, daging ayam ras, tomat sayur, maupun emas,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dikutip dari CNN Indonesia.

Sebenarnya sudah ada beberapa bahan pangan yang meningkat harganya. Namun, dirinya mengklaim kenaikannya tidak signifikan, sehingga belum memberi pengaruh kepada inflasi.

Tercermin dari hasil survei inflasi yang dilakukan BI pada pekan ketiga Januari 2019, Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi sebesar 0,5 persen secara bulanan. Sedangkan secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 3 persen.

BI melihat risiko peningkatan inflasi tidak ada karena kondisi nilai tukar rupiah tengah cukup kuat saat ini.

Rupiah yang setahun belakang bergerak dari kisaran Rp13.400-15.200 per dolar AS di pasar spot, kini cukup stabil di kisaran Rp14 ribu-14.200 per dolar AS.

Selain itu, risiko inflasi dari harga komoditas mentah di pasar internasional juga cukup minim. Sebab, harga komoditas masih cukup rendah.

“Depresiasi rupiah kan terjaga, sehingga tidak menimbulkan pengaruh ke harga barang impor, baik harga internasional maupun imported inflation (inflasi dari barang impor), itu risikonya juga rendah,” terangnya.

Baca Juga:Bulog Serap Lebih Banyak Beras Medium

Bila risiko inflasi muncul dari sisi ketersediaan pasokan, Perry menilai risiko ini juga terbilang minim. Pemerintah terus berusaha memenuhi kebutuhan pangan dan bahan makanan masyarakat.

Menurutnya, BI dan pemerintah daerah melalui tim pengendali inflasi turut membantu urusan distribusi.

Di sisi lain, Perry mengklaim risiko inflasi dari ekspektasi konsumen juga cenderung terjaga.

“Survei ekspektasi konsumen, produsen, konsensus dari para ekonom di financial market juga terjaga,” imbuhnya.

Secara keseluruhan, BI membidik inflasi akan berada di titik tengah target BI sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen pada akhir tahun ini.

Target inflasi 2019 sama dengan 2018, namun realisasi inflasi tahun lalu hanya 3,13 persen.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) sebelumnya mengaku beberapa pelaku usaha sudah mulai menaikkan harga jual produk sekitar 5-10 persen sejak awal bulan ini.

Kenaikan itu umumnya terjadi pada produk makanan dan minuman impor. Hal ini merupakan konsekuensi atas depresiasi rupiah sepanjang tahun lalu.

“Kalau dicek di gerai ritel, sebenarnya sudah ada penyesuaian harga di bulan ini dengan kisaran 5 persen hingga kurang dari 10 persen kira-kira. Ini rerata untuk seluruh produk makanan dan minuman,” ucap Wakil Ketua Umum GAPMMI Rahmat Hidayat dikutip dari laman serupa.

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner