Tak Berkategori

Sengkarut Penanganan Api di Lahan Gambut Kalimantan Selatan

apahabar.com, BANJARMASIN – Pada 2016 lalu, masifnya kebakaran lahan gambut di Kalimantan Selatan coba disiasati oleh…

Featured-Image
Ilustrasi kebakaran hutan. Foto-istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Pada 2016 lalu, masifnya kebakaran lahan gambut di Kalimantan Selatan coba disiasati oleh pemerintah dengan membangun puluhan sumur bor. Tetapi kini kondisinya cukup memprihatinkan.

Sejatinya, pembuatan sumur bor ini akan difungsikan untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan gambut saat musim kemarau yang akan tiba.

Berdasar pantauan lapangan, kondisi pipa-pipa tersebut bahkan tak layak lagi untuk difungsikan. Dari puluhan titik sumur yang berada di lahan gambut, sebagian besardi antaranya bahkan tak berfungsi sama sekali.

Misalnya, di Tegal Arum RT 42 Kelurahan Syamsudin Noor, yang berada di Kecamatan Landasan Ulin. Kondisi ini pun mengundang keluhan sebagian warga.

“Lima titik sumur bor yang berada di tempat kami, tidak bisa digunakan sama sekali. Pipanya terlalu kecil, bahkan tidak mengeluarkan air saat hendak dipakai,” ungkap Helmi, ketua RT setempat.

Sepengetahuan dirinya, sumur bor ini dibangun pada 2016 silam
guna memudahkan para warga, relawan dan BPBD untuk mengambil air, dan memadamkan titik api.

“Empat kali kebakaran hutan di wilayah kami pada 2018 kemarin tidak pernah bisa difungsikan sama sekali. Selain pipanya terlalu kecil, titiknya terlalu jauh dari jalan. Sulit untuk dijangkau,” katanya.

Dari informasi yang berkembang, proyek ini dikerjakan oleh Universitas Lambung Mangkurat sesuai penugasan dari Badan Restorasi Gambut Kalimantan Selatan. Disebutkan total 50 sumur bor di atas lahan gambut yang telah selesai dikerjakan.

Lokasinya terbagi di dua titik. Pertama sebanyak 20 titik di Kelurahan Syamsudin Noor. Sementara 30 titik lainnya di Kelurahan Guntung Payung. Selain sumur, ada lagi pengadaan lima buah mesin penyedot air.

Masalah lain soal kedalaman sumur bor yang dinilai terlalu dangkal. Ini mengisyaratkan penanaman dilakukan hanya sekitar 20 meter dari permukaan tanah. Alhasil sumur bor pun tidak bisa mengeluarkan air karena tidak mencapai air tanah.

Soal ini, Kepala BPBD Banjarbaru Suryanoor turut membenarkan. Adanya informasi keluhan masyarakat soal tidak berfungsinya sumur bor akan ditindaklanjuti dengan peninjauan lapangan.

Sepanjang pengetahuan pihaknya, proyek sumur bor tersebut memang benar dikerjakan oleh BRG Kalsel.

“Kami akan segera ke lapangan, melihat langsung kondisinya seperti apa. Kami akan kaji dulu,” ungkapnya kepada bakabar.com, sore tadi.

Mengingat hal ini berkaitan langsung dengan penanganan bencana kebakaran lahan, Suryanoor mengatakan, BPBD akan segera duduk bersama dengan pihak ULM dan juga BRG.

“Berdiskusi permasalahan terkait sumur bor yang tidak berfungsi di lahan Gambut ini,” ungkapnya.

Soal ini, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ULM Prof Dr. M.Arief Soenjoto, M.Sc mengaku belum mengetahui pasti permasalahan.

“Nanti saya tanyakan terkait hal ini kepada yang mengerjakan. Biasanya ada uji coba, kenapa baru sekarang dipertanyakan? Saya tidak bisa jawab nanti saya salah,” ujarnya, malam tadi.

Profesor Mochamad lantas mengarahkan media ini untuk bertanya langsung ke Pusat Kajian Kebencanaan yang berada di bawah naungan LPPM. Namun konfirmasi yang diupayaan tak membuahkan hasil. Salah satu pengurus Pusat Kajian Kebencanaan Rosalina tak membalas pesan singkat, maupun panggilan telepon yang dilayangkan media ini.

Sampai berita ini diturunkan belum ada konfirmasi resmi dari Badan Restorasi Gambut (BRG) Kalimantan Selatan. Ketua Tim Restorasi Gambut (TRG) Kalimantan Saut N. Samosir tak menjawab panggilan telepon yang coba dilayangkan media ini, meski HP diketahui sedang dalam keadaan aktif.

Hanya, Wahyu Kurniawan salah seorang petugas lapangan, Deputi III BRG yang berhasil dihubungi. Wahyu menyebut pihaknya belum mengetahui secara detail ihwal kerusakan sejumlah sumur tersebut.

Namun dia membenarkan sumur-sumur itu adalah bagian dari program Tim Restorasi Gambut (TRG) Daerah Kalimantan Selatan yang dikerjakan LPPM ULM sebagai pihak ketiga.

Ditanya berapa besaran anggaran untuk pembangunan proyek ini, Wahyu tak mengetahui pasti jumlah yang dikucurkan. “Ya, kalau masalah anggaran coba tanyakan ke Tim Restorasi Gambut Daerah Kalsel,” singkatnya.

2.005 Hektare Lahan dan Hutan Terbakar

Kabut asap menjadi dampak terbesar yang dihasilkan dari kebakaran lahan gambut di Kota Banjarbaru. Asap juga mengganggu keamanan penerbangan di Bandara Syamsudin Noor.

“Kebakaran lahan gambut di Kota Banjarbaru berdampak besar karena kabut asap kebakaran mengganggu penerbangan Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru,” ucap Kepala BPBD Kalsel, Wahyudin dilansir oleh ANTARA.

Luas lahan yang terkena dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah daerah di Kalimantan Selatan, totalnya mencapai 2.005 hektare yang didominasi kawasan gambut dan lahan kosong. Ia mengatakan luas lahan yang terbakar merupakan akumulasi sejak 1 Januari hingga 14 September 2018.

“Luas lahan terbakar mencapai 2.005 hektare itu tersebar di sejumlah daerah rawan karhutla, terutama lahan gambut yang sangat mudah terbakar di musim kemarau,” ujarnya.

Disebutkan, selama periode 1 Januari hingga 14 September 2018 telah terjadi 552 kali kebakaran hutan dan lahan sehingga menyebabkan luas lahan terbakar mencapai ribuan hektare.

Ia mengatakan, dari 13 kabupaten dan kota di Kalsel, luasan lahan terbakar paling banyak terjadi di Kota Banjarbaru yang mencapai 467,03 hektare dengan lokasi paling banyak di lahan gambut.

“Banjarbaru paling luas lahan yang terbakar dan seluruhnya berada di lahan gambut dan tersebar di beberapa titik sehingga kami masih fokus melakukan pemadaman,” ungkapnya.

Menurut Wakil Komandan I Satgas Penanggulangan Karhutla Kalsel itu, luas lahan gambut di Kota Banjarbaru hampir seluruhnya terbakar dan menyebabkan munculnya kabut asap.

Disebutkan, daerah lain yang banyak lahannya terbakar adalah Kabupaten Banjar seluas 418,33 hektare, Kabupaten Tapin 334,65 hektare, Kabupaten Tanah Laut 311,1 hektare. Daerah lainnya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan 170,6 hektare, Hulu Sungai Utara 96 hektare, Kotabaru 47,9 hektare, Hulu Sungai Tengah 32,3 hektare dan Tanah Bumbu seluas 39 hektare.

Selanjutnya, Kabupaten Balangan 45 hektare, Tabalong 28,5 hektare, Barito Kuala seluas 12,3 hektare dan Kota Banjarmasin 2 hektare sehingga total se-Kalsel mencapai 2.005,21 hektare.

Reporter: Zepi Al Ayubi/Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner