Tak Berkategori

EKSKLUSIF: Nyawa di Ujung Tanduk di Sungai Tabuk

Tak dinyana, orderan taksi online yang diambilnya nyaris berujung maut di Sungai Tabuk. Dibanding nyawa melayang,…

Featured-Image
Driver online, Dwi Kartiyugo (kanan) bersama adiknya, Doni M Arifin saat menceritakan perampokan mobilnya di ruang redaksi apahabar.com, Kamis (3/1/2019). Foto-apahabar.com/rif’at

Tak dinyana, orderan taksi online yang diambilnya nyaris berujung maut di Sungai Tabuk. Dibanding nyawa melayang, Dwi Kartiyugo terpaksa merelakan Ayla miliknya dibawa kabur pelaku.

bakabar.com, BANJARMASIN

Polisi masih memburu Anang, kerap disapa Nanang, terduga pelaku perampokan terhadap Dwi Kartiyugo seorang driver online. Nanang baru berkerja di PD PAL seusai Dwi keluar.

Keduanya baru saling kenal. Tepatnya sebelum kejadian berlangsung, hanya empat kali. Dua di antaranya berbicara langsung, sisanya hanya tegur sapa.

Pelaku merupakan buruh lepas. Sebagai tukang gali pipa di PD PAL. Di perusahaan daerah milik Pemko Banjarmasin, Dwi sudah berhenti sejak memulai berkerja 2013 silam. Tepatnya sejak 2017 lalu.

Sementara polisi memburu pelaku, Dwi merasa gerah. Musababnya, sejumlah keraguan disematkan kepadanya. Soal kesaksian sebagai korban dalam perampokan ini.

Didampingi adiknya, Dwi mendatangi kantor bakabar.com. Tujuannya mengklarifikasi adanya sejumlah pemberitaan yang meragukan kesaksiannya sebagai korban dalam perampokan ini.

Baca Juga: Kepolisian Kesulitan Tangkap Perampok Driver Online

"Jadi tidak benar, jika saya seakan-akan dianggap sudah lama saling kenal dengan pelaku," ujar Dwi yang tampak masih syok kehilangan mobil.

Daihatsu Ayla DA 8066 AZ putih miliknya itu belum lunas. Masih dalam proses pelunasan alias kredit. Lama kredit berkisar lima tahun. Kini tersisa satu setengah tahun. Dan kini mobil itu belum diketahui di mana rimbanya.

Dwi bercerita mengenai kronologis sebelum dan saat musibah yang menimpanya pada Minggu (30/12) itu. Bermula ketika Dwi sedang membersihkan karpet mobil. Kala itu dia tengah ngetem di halaman kantor PD PAL. Sabtu (29/12) sekitar pukul 15.00 Wita, pelaku mendatangi Dwi.

"Bisakah mengantar ke Martapura jam 6 sore. Saya jawab bisa. Saya tanya mau ke mana ke Martapura, pelaku jawab mau pulang ketemu istri karena ada acara," terang pria berkacamata ini.

Namun, setelah itu Dwi menerima orderan lain sambil menunggu waktu yang sudah dijanjikan. Namun, Dwi datang terlambat.

"Di perjalanan saya sempat menelepon petugas jaga malam PD PAL bernama Ian, karena saya tidak tahu nomor pelaku. Tujuannya untuk menanyakan kepastian pelaku diantar ke Martapura. Kata Ian, tetap jadi dan pelaku menunggu saya," cerita Dwi.

Namun setelah bertemu di PD PAL, tiba-tiba pelaku memindah jadwal ke Minggu (30/12) pagi, karena alasan sudah kemalaman. Lantas, pada pukul 06.00 Wita, keduanya berangkat ke Martapura mulai dari kantor PD PAL di Jalan Pasar Pagi, Kelayan Luar, Banjarmasin Selatan.

Dari Kelayan Luar itu, Dwi dan pelaku melewati Jalan Pangeran Antasari (Jalan Jati). Ketika melintasi jalan itu, Dwi menerangkan pelaku mengubah rute yang tadinya minta antar ke Martapura, tiba-tiba ke Sungai Tabuk.

"Saat ditanya kenapa ke sana, pelaku jawab mau bertemu orang tuanya. Jadi saya di sini, ingin meluruskan tidak benar bahwa kesannya saya mengantar ke Martapura lewat Jalan Sungai Tabuk. Tapi pelaku yang minta antar ke Sungai Tabuk," terang Dwi.

Lantas, korban dan pelaku pun menuju ke Sungai Tabuk. Di tengah perjalanan, pelaku minta berhenti sebentar ke warung untuk beli rokok. Mereka pun mampir.

Saat hendak naik mobil melanjutkan perjalanan, Dwi kembali menawari korban agar duduk di kursi depan. Namun ditolak pelaku dengan alasan sama, yakni tidak terbiasa duduk di depan.

"Saat di PD Pal saya menawari pelaku duduk di depan, tapi dia menolak dan memilih duduk di belakang. Saat itu posisinya di sebelah kiri. Lalu, setelah mampir di warung itu, pelaku kembali duduk di belakang, tapi pindah persis di belakang saya," jelas Dwi.

Lantas, perjalanan dilanjutkan. Saat melintasi Jalan Tajau Landung Sungai Tabuk, pelaku tiba-tiba mencekik Dwi. Menggunakan kunci pas. Dalam keadaan tercekik, Dwi sempat melawan. Ia melepas pedal kopling. Mobil otomatis berhenti. Saat itulah Dwi menarik tuas sandaran kursi agar posisinya dapat mendorong pelaku ke belakang.

"Tapi, kursi sandaran ditahan pelaku sehingga posisi sandaran tidak berubah. Jadi, di sini saya juga ingin menyebutkan tidak benar jika saya dikatakan tidak melakukan perlawanan," beber Dwi.

Dwi mengaku saat lehernya tercekik, tubuhnya mulai terasa lemas. Saat itu, pelaku mengira Dwi sudah tewas. Sehingga pelaku melonggarkan cekikan. Kesempatan itu dimanfaatkan Dwi untuk melepaskan diri. Sambil melepaskan cekikan itu, Dwi sempat menarik tuas kunci pintu mobil. Sambil kaki meraba knop pintu mobil, sehingga pintu dapat terbuka.

"Melihat pintu terbuka, saya pun bergegas ke luar mobil. Ketika sudah di luar saya berlari ke belakang mobil menyelamatkan diri. Rupanya pelaku di dalam mobil pindah ke kursi kemudi dan langsung membawa kabur mobil saya," terang Dwi.

Dwi pun juga membantah bahwa tidak benar jika ia ditemukan warga dalam keadaan tangan diikat. "Ada yang bilang saya ditemukan warga dalam kondisi lemas dan terikat. Jadi itu tidak benar," tegas Dwi.

Baca Juga: Berharap Kasus Perampokan Driver Online Segera Terkuak

Reporter: Ahmad Zainal Muttaqin
Editor: Fariz



Komentar
Banner
Banner