bakabar.com, BANJARMASIN - Pemurah dan tidak pemarah adalah akhlak Baginda Rasulullah SAW yang banyak diwarisi para ulama. Satu di antaranya melekat di kepribadian (Alm) Tuan Guru Nuzhan Noor, Dalam Pagar Martapura, Kalimantan Selatan.
Guru Nuzhan -begitu ulama ini dikenal- adalah sosok ulama santun, yang tidak menyambar kesalahan orang lain dengan dalil menyalahkan. Beliau mengajarkan kebaikan dengan keteladanan.
Suatu ketika, Guru Nuzhan membeli ikan gabus pada seorang penangkap ikan. Beliau bertanya di mana, dan dengan cara apa ikan itu didapatkan. Maka si penangkap pun menceritakan proses penangkapan ikan yang kini di genggamannya.
Baca Juga :Sunan Pengging dan Syekh Abdul Razak Disebut Berperan dalam Keislaman di Bayan
Dari keterangan itu, Guru Nuzhan tahu bahwa ikan gabus yang dia tangkap adalah induk dari anak-anak gabus yang masih kecil-kecil. Maka Guru Nuzhan pun lekas membelinya, dan meminta si penangkap untuk mengembalikan ikan itu ke tempat dia menangkap.
Guru Nuzhan tak rela hati telah memisah induk gabus dengan anaknya yang masih kecil-kecil.
Kesantunan Guru Nuzhan tidak hanya pada ikan gabus, semut pun dapat bagian dari kecintaan beliau.
Ketika mengajar, ada kerumunan semut yang mendekati roti yang tak jauh dari beliau. Bukannya mengusik kerumunan itu agar menjauh, Guru Nuzhan malah menghaluskan roti dengan potongan kecil agar mudah dibawa dan dimakan para semut itu.
Begitulah ulama yang mewarisi akhlak Rasulullah SAW, keberadaannya menjadi rahmat (mendatangkan manfaat) bagi sekalian alam. Tidak hanya manusia, binatang, dan tumbuhan pun mendapat limpahan kasih sayang. Wallahu'alam.
Baca Juga :Sunan Prapen, Penyebar Islam di Tanah Lombok
Editor: Muhammad Bulkini