bakabar.com, BANJARBARU - Kualitas udara Banjarbaru pada Kamis (14/9) tidak sehat. Bahkan, kemungkinannya bisa jauh lebih buruk.
Tercatat melalui Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien (SPKUA) Kota Banjarbaru di RTH Masjid Al-Munawarah tadi pagi, terjadi peningkatan untuk Parameter PM 10, PM 2,5 dan HC.
Dengan parameter kritis di PM 2,5 berketerangan tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Kepala Bidang Penegakan Hukum dan Pengendalian Lingkugan DLH Kota Banjarbaru, Shanty Eka Septiani, membenarkan jika secara umum kualiatas udara di Ibu Kota Provinsi (IKP) Kalsel mengalami penurunan akibat kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
“Hasil dari data indeks standar pencemaran udara pagi hari ini masuk kategori kuning, tidak sehat,” ungkapnya.
Baca Juga: Dampak Buruk Kabut Asap, Penderita ISPA di Banjarbaru Tembus 23 Ribu!
Baca Juga: Api Berkobar di Pengaron, Satu Rumah Luluh Lantak
Karena alat SPKUA yang terpasang di RTH Masjid Al-Munawarah hanya mampu mengukur udara hingga radius lima kilometer, maka kemungkinan di lokasi marak Karhutla seperti Kecamatan Landasan Ulin dan Liang Anggang kualitas udaranya jauh lebih buruk.
Seperti diketahui, pada Rabu (13/9) kemarin, Karhutla membara di kawasan ring satu hingga sempat terjadi pengalihan arus lalu lintas, karena jalan akses Bandara tertutup asap kebakaran dan tidak bisa dilewati.
Dampaknya, terjadi kabut asap seperti hari ini. Selain itu juga banyak masyarakat yang menderita infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.
Meminjam data Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, hingga pekan kedua September ini, tercatat ada 969 kasus ISPA di Kota Idaman.
Wilayah Banjarbaru Selatan paling banyak dengan 218 kasus, disusul Banjarbaru Utara 123 kasus dan Guntung Payung sebanyak 103 kasus.
Dari data terbaru ini, dapat disimpulkan jika kabut asap sudah merata ke seluruh wilayah di Banjarbaru. Sebab, sebelumnya mayoritas penderita ISPA berpusat di Landasan Ulin dan Liang Anggang.