BPJS Kesehatan Barabai

Wanita HST Prioritaskan Bayar Iuran BPJS Kesehatan Tepat Waktu, Simak Alasannya!

apahabar.com, BARABAI – Keluarga Rahmadi harus benar-benar mengatur keuangannya setiap bulan. Pasalnya keluarga kecil dari Desa…

Featured-Image
Keluarga saat menemani Rahmadi cuci darah di rumah sakit. Foto-Istimewa.

bakabar.com, BARABAI – Keluarga Rahmadi harus benar-benar mengatur keuangannya setiap bulan.

Pasalnya keluarga kecil dari Desa Guha Kecamatan Labuan Amas Selatan (LAS) Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) itu divonis gangguan ginjal.

Ia diharuskan cuci darah atau hemodialisis secara rutin.

Tiga tahun kondisi itu sudah dirasakan keluarganya.

Selama itu pula keluarga terutama sang istri, Nor Aida (57) harus menemani suaminya bolak-balik ke rumah sakit.

Karenanya, keluarga tersebut harus memprioritaskan pengeluaran untuk hal-hal penting.

Misalnya melakukan pembayaran iuran atau premi BPJS Kesehatan per bulan.

Ya, keluarga Rahmadi merupakan peserta JKN-KIS.

Mereka terdaftar pada segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau Pekerja Mandiri.

Aida memastikan iuran itu terbayarkan. Agar JKN-KIS yang dipegangnya selalu aktif dan dapat digunakan untuk jaminan layanan kesehatan.

"Bayar tepat waktu awal bulan supaya aktif dan selalu bisa digunakan karena suami saya harus menjalani cuci darah rutin setiap seminggu dua kali," kata Aida belum lama tadi.

Aida menilai betapa pentingnya menerapkan kebiasaan melakukan pembayaran iuran BPJS Kesehatan. Terutama agar tidak merasa was-was ketika berobat.

Bagi Aida, iuran yang dibayarkannya secara rutin tentu sangat berarti.

Secara langsung dia merasakan manfaatnya setiap kali menjalani cuci darah.

"Jadwalnya itu kan setiap Senin sama Kamis, dan saya yang selalu mendampingi, jadi pokoknya kalau sudah bayar iuran BPJS Kesehatan di awal bulan, pasti tenang menjalani hari-hari pengobatan karena semuanya dijamin," tutur Aida.

Meskipun telah membayar iuran secara rutin, sang suami juga tetap membutuhkan bantuan subsidi biaya dari peserta lain yang sehat dan juga rutin membayarkan iurannya.

"Kami sadar mungkin kalau dihitung-hitung dari iuran kami berdua saja rasanya belum cukup untuk membiayai perawatan rutin selama ini, pasti banyak kontribusi dari iuran peserta lain di luar sana yang diberi kesehatan yang akhirnya dapat membantu kami melalui iurannya," ungkap Aida.

"Nah, jadi kami juga sadar bahwa bagaimana orang akan berkenan iurannya disubsidi silang kepada kami seandainya kami sendiri tidak tertib membayarkan kewajiban kami sendiri," pungkasnya.



Komentar
Banner
Banner