bakabar.com, BANJARMASIN – Badan Litbangkes, Pusdatin dan Paskhas Kementerian Kesehatan RI dalam Laporan Mingguan Penanganan Covid-19, 24-30 Juli menyebut varian Delta telah teridentifikasi di Kalimantan Selatan.
Laporan tersebut menyebut hasil sekuensing virus SARS-CoV-2 dari 510 kasus konfirmasi di Indonesia pada minggu epidemiologi ke-30 ditemukan 165 kasus varian Delta atau 32,35%.
Daerah baru yang resmi dijamah varian Delta pada minggu tersebut adalah Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua Barat. Khusus Kalsel dari jumlah varian Delta yang ditemukan adalah satu dari total 50 sekuens per 30 Juli.
"Temuan Litbangkes ini menguatkan dugaan sebelumnya bahwa Gelombang Ketiga Covid-19 Kalsel ada peran aktor varian Delta," ujar Hidayatullah Mutaqqin, Anggota Tim Pakar Covid-19, Lambung Mangkurat (ULM) kepada bakabar.com, Kamis (5/8).
Lantas seberapa berbahayakah varian mutasi dari India dengan garis turunan B.1.617.2 ini?
Oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), kata Taqqin, varian ini dimasukkan sebagai Variants of Concern (VOC) karena lebih berbahaya.
Varian ini memiliki kecepatan penularan lebih tinggi 60 persen dari varian Alpha Inggirs, dua kali lebih besar risiko penderita masuk rumah sakit, dapat menurunkan efektivitas vaksin dan munculnya kasus reinfeksi.
"Karakteristik varian Delta inilah yang identik dengan cepatnya pertumbuhan kasus di Kalsel dari bulan Juli tadi yang menyebabkan lonjakan pasien Covid-19 di rumah sakit," ujarnya.
Dalam bulan Juli jumlah kasus bertambah sebanyak 11.925 kasus konfirmasi dan 285 orang meninggal dunia. Kasus konfirmasi di bulan Juli tersebut naik 9,1 kali lipat dibandingkan bulan Juni sedangkan kasus kematian melonjak 5,6 kali lipat.
"Adanya rilis resmi dari Litbangkes Kementerian Kesehatan mengenai ditemukannya varian Delta di Kalimantan Selatan tersebut, maka ini menjadi pelecut kita semua untuk meningkatkan kewaspadaan dan upaya pencegahan penularannya," imbaunya.
Semua pihak memiliki peran penting dalam penanganan pandemi Covid-19.
Banjarmasin PPKM Berjilid-jilid: Prokes Malah Jeblok, Kematian Pecah Rekor!
Pemerintah membuat stretagi kebijakan yang tepat, cepat dan implimentatif dan partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilannya.
"Kita harus menurunkan mobilitas penduduk secara signifikan dan menaikkan penerapan protokol kesehatan agar kasus penularan dapat diturunkan," ujarnya.
Jika varian Delta memiliki kecepatan penularan yang lebih tinggi maka masyarakat perlu menghindari adanya kerumunan.
Menteri Muhadjir Geleng-Geleng Lihat Vaksinasi Massal di GOR Banjarmasin
Termasuk kegiatan vaksinasi perlu dirancang secara lebih baik ke depannya agar potensi kerumunan dapat dimitigasi.
"Sementara strategi 3T (testting, tracing dan treatment) perlu dibooster dalam rangka menemukan secepat-cepatnya dan sebanyak-banyak warga yang telah terinfeksi Covid-19 untuk diisolasi. Sedangkan yang bergejala berat atau memiliki komorbid dan berusia lanjut perlu segera mendapatan treatment di rumah sakit," pungkas Taqqin.