bakabar.com, JAKARTA – Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tembus US$418 miliar atauRp5.952,63 triliun (kurs Rp14.240 per dolar AS) pada April 2021 kemarin.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), utang itu tumbuh 4,8 persen secara year on year.
Secara tahunan, BI menyatakan ULN Pemerintah pada April 2021 tumbuh 8,6 persen atau melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2021 yang tumbuh sebesar 12,6 persen.
BI melalui pernyataan resmi yang disampaikan Kepala Departemen Komunikasi mereka Erwin Haryono menyatakan dari total ULN tersebut, US$206 miliar di antaranya dihimpun oleh pemerintah.
Sementara itu, lainnya disumbang oleh swasta. Ia menyatakan kenaikan utang pada April lalu didorong penarikan neto pinjaman luar negeri yang digunakan untuk mendukung pembiayaan program dan proyek, diantaranya program inklusi keuangan.
“Di samping itu, sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang tetap terjaga, mendorong investor asing kembali menempatkan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik,” katanya dalam pernyataan resmi yang dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (15/6).
Meski naik, BI menyatakan kenaikan utang luar negeri tersebut cenderung melambat. Mereka juga menyatakan utang tersebut masih aman dan sehat.
Kesehatan tersebut tercermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap PDB yang terjaga di kisaran 37,9 persen. Ia menyatakan rasio utang itu justru turun jika dibandingkan bulan sebelumnya yang 39,1 persen.
“Selain itu, kesehatan struktur ULN juga ditunjukkan utang yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang. Pangsanya mencapai 89,2 persen dari total ULN,” katanya.
Ia menambahkan dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan utang. Selain itu pemerintah dan BI juga akan selalu menerapkan kehati-hatian dalam pengelolaan utang.