bakabar.com, BANJARMASIN – Makin hari, kondisi Jurkani kian menguatirkan. Pascapenyerangan brutal di Angsana, Tanah Bumbu ia kini kesulitan berinteraksi.
“Bangun saja jangan guring saja. (Bangun saja jangan tidur) Ingat saja kalau? Ingat saja kan?” seorang kerabatnya tampak mengajak Jurkani berbicara.
Namun Jurkani yang saat ini mengenakan alat bantu pernapasan tak bergeming dengan pertanyaan itu. Tatapannya kosong.
“Pian haus kah? (Anda haus?) Om, bepander pang!? (Om ngomong dong!?) Jangan guring (tidur) om,” ujar kerabatnya mencoba berinteraksi dengan Jurkani.
Dihubungi media ini, salah seorang kerabat Jurkani memastikan video tersebut diambil di sebuah rumah sakit di Banjarmasin pada Senin (25/10) pagi.
Lantaran tatapannya sering kosong, mantan perwira polisi ini dibawa ke ruang unit perawatan tinggi atau High Care Unit (HCU).
Jurkani yang juga mengalami patah tulang tangan dan kaki usai penyerangan tersebut batal menjalani operasi lantaran gula darahnya tinggi.
“Jantung kayaknya juga ada masalah,” ujar kerabatnya.
Kerabatnya itu bilang Jurkani tak merespons saat diajak berkomunikasi sejak Minggu kemarin.
“Iya enggak menyahut dari kemarin,” ujarnya.
Saat ini Jurkani masih berada di ruang perawatan khusus.
“Baru pasang selang buat nutrisi, makan dan obat,” pungkasnya.
Tuai Sorotan
Pembacok Jurkani di Tanbu Juga Rampas Barang Pribadi, Pelaku Disebut Berhalusinasi
Jurkani menjadi korban penyerangan brutal di Desa Bunati, Angsana, Tanbu pada Jumat (22/10) sekitar pukul 17.45.
Penyerangan terjadi saat pria 60 tahun ini baru saja keluar dari lokasi tambang milik sebuah perusahaan pemegang IUP batu bara di Angsana.
Pembacokan Jurkani turut mengundang perhatian Denny Indrayana. Mantan calon gubernur Kalsel ini memandang penyerangan terhadap mantan juru bicaranya itu sebagai perbuatan biadab.
“Perbuatan demikian bukan hanya tindak pidana yang mencederai profesi advokat yang harus dilindungi,” ujar Denny lewat siaran persnya, Minggu 24 Oktober.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Pakar hukum tata negara ini meminta negara untuk memberi atensi lebih terhadap profesi-profesi yang dilindungi oleh undang-undang termasuk advokat.
“Tetapi lagi-lagi menunjukkan politik bisnis batu bara di Kalsel khususnya di Tanah Bumbu memang penuh tantangan dan seringkali beririsan dengan tindak kekerasan, tindak pidana, dan praktik-praktik mafioso,” ujarnya.
Kurang 2×24 jam, polisi menangkap dua terduga pelaku penyerangan terhadap Jurkani. Sementara ini, mengutip laporan polisi, motifnya lantaran mobil yang ditumpangi Jurkani seolah-olah menghalangi laju mobil mereka. Saat kejadian, pelaku IR dalam kondisi mabuk miras.
Denny melihat tidak sulit untuk mengkritisi bahwa harusnya aparat penegak hukum menjerat pelaku utamanya. Tindakan penambangan secara ilegal yang dilakukan dengan memasukkan alat berat tentulah sangat mudah untuk membuktikan siapa penyandang dana dan pelaku utamanya.
“Menangkap pelaku pembacokan semata- atau hanya mengatakan tragedi itu hanya karena miras amat patut dikritisi,” ujar wakil menteri hukum dan HAM ini era Presiden SBY ini.
Denny sadar takkan mudah bagi polisi untuk mengungkap siapa dalang di balik pembacokan Jurkani. “Tapi di sinilah profesionalitas dan integritas aparat penegak hukum kita diuji, dan dipertaruhkan,” ujarnya.
“Di Kalsel, penegakan hukum kita kembali diuji, apakah tajam pandang bulu atau kembali lumpuh karena godaan kekuasaan dan keuangan,” pungkasnya.