bakabar.com, BARABAI – Sutarti (27), terduga pembunuh 2 anak kandung di Batu Benawa HST masih menjalani perawatan.
Saat ini dia menjalani observasi di Poli Kejiwaan RS Kandangan, HSS. Langkah ini diambil untuk mengetahui seperti apa sebenarnya kondisi kejiwaan Sutarti.
Hampir 2 pekan, kondisi Sutarti masih sama seperti awal. Dia meranyau tak jelas.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:
Persis seperti pada saat Sutarti ditemukan bersama dengan dua anaknya, MNH (6) dan SNH (4) yang sudah tak bernyawa.
Peristiwa itu terjadi di kediaman Sutarti sendiri di Desa Pagat RT 8, Batu Benawa, Rabu (25/11) lalu.
“Kondisinya masih sama,” kata Kasat Reskrim Polres HST, AKP Dany Sulistiono pada bakabar.com, Selasa (8/12) sore.
Namun, lanjut Dany, kondisi kejiwaan Sutarti secara signifikan belum diketahui pasti
“Besok saya baru ketemu dokternya. Nanti perkembangannya bagaimana dokter yang lebih tau,” terang Dany.
Untuk saat ini, proses penyidikan kasus kematian dua buah hati Sutarti masih ditangani pihak kepolisian.
“Berkas belum lengkap jadi belum bisa tahap satu,” tutup Dany.
Sebelumnya diberitakan media ini, dua bocah ditemukan tak bernyawa. Keduanya ditemukan setelah warga setempat bersama anggota Polres HST mendobrak pintu kediaman Sutarti di Desa Pagat RT 8 Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah (HST), Rabu (25/11) sore.
Dua bocah itu diduga dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri, Sutarti (27).
Warga menduga Sutarti nekad membunuh dua anaknya tersebut lantaran mengalami depresi.
Sebab saat ditemukan, kondisi Sutarti dalam keadaan tanpa busana bersama dua anaknya. Bahkan saat diamankan pihak kepolisian dia masih meranyau tak jelas.
“Kalau dibilang depresi, ya harus dibuktikan dulu. Sekarang masih dalam proses observasi kejiwaan,” kata Dany.
Berdasarkan hasil visum et repertum, dua bocah atau anak kandung Sutarti (27) itu tidak didapati tanda-tanda kekerasan.
Dikatakan Dany, lama kematian MNH (6) dan SNH (4) berkisar antara 4 sampai 8 jam.
Penyebab kematian anak laki-laki dan perempuan Sutarti itu disebutkan mati lemas. Diduga akibat mulut dan hidung kedua bocah itu dibekap.
“Tanda mati lemas karena kehabisan oksigen,” terang Dany.
Mendalami kasus ini, penyidik Polres HST sudah memeriksa 5 saksi. Namun polisi tidak membeberkan siapa saja yang telah diperiksa.
Informasi yang dihimpun bakabar.com, dua di antara saksi itu masih belia. Yakni, AN (15) dan RI (9).
Kaka beradik inilah saksi kunci atas kejadian itu. Mereka mendapati dua adik tirinya, MNH (6) dan SNH (4) sudah tak bernyawa di kamar rumah ibu kandungnya sendiri sekitar pukul 09.00-10.00 di Desa Pagat RT 8, Rabu (25/11).
Runtut kejadian diceritakan paman saksi, Ipul (50) yang juga adik ipar Sutarti. Dia baru tau kronologi kejadiaan setelah RI menceritakan kesaksiannya kepada penyidik.
“Dari yang saya dengar, mulanya anak kandungnya yang laki-laki, tubuhnya dibalut menggunakan kain. Kemudian dari leher hingga kepala juga diikat kain, seperti mayat,” ujar Ipul.
Kemudian, anak yang perempuan masih berumur 4 tahun. Dari pengakuannya, mulut dan hidung bocah ini ditutup menggunakan tangan.
“Melihat hal itu, anak tirinya jadi lari ke tempat saya tanpa menggunakan baju tadi. Mungkin karena saking takutnya. Tapi waktu itu dia tidak bicara apa-apa sampai saya antar ke rumah keluarganya di Waki (salah satu desa di Kecamatan Hantakan),” tutup Ipul.