bakabar.com, BANJARMASIN - Pengerjaan pengerukan Sungai Tatas meninggalkan tumpukan karung berisi lumpur di atas trotoar Jalan Letjen R Suprapto Banjarmasin.
Potret itu sungguh mengganggu mata. Lantaran lokasi tumpukan bersisian dengan jalan dan kawasan Mesjid Sabilal Muhtadin. Juga berseberangan dengan gedung Mahligai Pancasila.
Sampai hari Kamis (14/12) siang, sudah lebih dari sepekan tumpukan karung itu dibiarkan berada di sana, hampir sepanjang bantaran Sungai Tatas.
Salah seorang warga yang ditemui di lokasi, Humaidi, mengaku sudah lama melihat karung-karung berisi lumpur itu.
"Seingat saya, sudah sepekan lebih," ujarnya.
Tidak hanya merusak pemandangan, tumpukan karung kadang mengeluarkan cairan berbau tak sedap.
"Kalau hujan, karungnya makin basah dan berbau. Saya heran, kok dibiarkan seperti ini," ucap warga Kecamatan Banjarmasin Timur itu.
Kondisi serupa pernah terjadi pada Desember tahun 2022 lalu. Dengan lokasi dan program yang sama. Pengerukan sebagai upaya normalisasi sungai.
Waktu itu, tumpukan karung berisi lumpur juga diletakkan di atas trotoar jalan. Lambat diangkut. Terkesan dibiarkan hingga berhari-hari lamanya.
Tahun ini, pengerukan Sungai Tatas masuk dalam program Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Banjarmasin. Tentang pemeliharaan atau pembersihan sungai-sungai sedang.
Dalam ekspos yang dilakukan Dinas PUPR pada bulan Oktober lalu, pada tahun ini pengerukan dilakukan sepanjang 3,35 kilometer di sejumlah sungai. Total anggaran yang digelontorkan, mencapai lebih dari Rp4 miliar.
Sejauh ini program itu masih berlangsung.S alah satunya, menyasar Sungai Tatas. Pengerukan dilakukan secara manual.
Sebelumnya, adanya tumpukan karung berisi lumpur itu disoroti anggota Komisi III DPRD Banjarmasin, Afrizaldi.
Ia mengingatkan, semestinya tumpukan karung itu segera diangkut, seiring dengan adanya pengerukan.
"Minimal, ketika pengerukan selesai dilakukan. Supaya tidak terlihat kotor dan terkesan kumuh," ucapnya, pada Senin (11/12) tadi.
Ia menduga, pembersihan alias pengangkutan tidak segera dilakukan lantaran masih menghitung total volume atau seberapa kubik lumpur alias sedimentasi yang diangkut di kawasan tersebut.
"Biasanya, pengerjaan pengerukan dihitung seberapa banyak karung berisi lumpur yang diangkut. Itu dugaan saya, mungkin proses perhitungannya belum dilaksanakan. Makanya belum diangkut," sambungnya.
Kendati demikian, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengaku tetap menyayangkan kondisi yang terjadi.
"Jadi saya rasa, tetap harus segera diangkut atau dibereskan. Jangan sampai justru menumpuk," tutupnya.
Terpisah, Kepala Bidang Sungai di Dinas PUPR Banjarmasin, Hizbul Wathoni mengatakan tidak mengetahui mengapa tumpukan karung berisi lumpur itu belum diangkut.
Ia bilang, kewenangan penanganan, ada di UPT Sungai. Program yang dilaksanakan pun menurutnya dikerjasamakan dengan instansi terkait. Misalnya, jajaran TNI.
Kembali ke Hizbul Wathoni, seperti halnya Afrizaldi, ia menduga, tumpukan karung tidak segera diangkut lantaran perlu menghitung volume pengerukan yang dilakukan.
"Dihitung berapa kubik lumpur atau sedimentasi yang sudah dikeruk. Biasanya ada konsultan yang menilai, atau menghitung pekerjaan," jelasnya.
"Jadi, pengerjaannya bukan dari kami. Andai kami yang mengerjakan, bisa diketahui sudah sampai mana progresnya termasuk apa yang menjadi kendalanya," tembahnya.
"Dan biasanya, kalau kami yang mengerjakan, karung-karung berisi lumpur itu cepat diangkut," tandasnya.