bakabar.com, TANJUNG – Berbekal bahan bekas, Rahmat, warga Jalan Jaksa Agung, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong sukses membikin mesin pupuk organik dan pakan ternak.
Ide ini muncul saat dirinya melihat banyaknya sampah organik di Kota Tanjung dan gulma (rumput tanaman pengganggu) di pedesaan-pedesaan.
Ia berpikir bagaimana sampah dan gulma tersebut bisa dijadikan bahan baku pupuk organik dan pakan ternak.
Akan tetapi, karena proses membuatnya memerlukan mesin, sedangkan biaya puluhan juta rupiah. Sedihnya, ia tak dimilikinya.
Ia pun lantas mencari material besi dan mesin dumping bekas untuk membuat alat tersebut.
Mencari mesin dumping yang rusak ternyata cukup sulit. Ia pun berburu ke kabupaten tetangga, hingga Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Setelah mendapatkan mesin dumping rusak, ia pun memperbaikinya sendiri, bermodal pengalaman sebagai mekanik di kapal dan alat berat saat bekerja di Banjarmasin.
Atas pengalamannya itu pula, Rahmat membuat alat pembuat pupuk organik dan pakan ternak hingga jadi dan bisa dimanfaatkannya.
“Jika normal modal alat pembuat pupuk organik dan pakan ternak ini mencapai Rp 20 jutaan, tapi dengan material bekas saya hanya menghabiskan dana Rp8.000.000,” kata Rahmat kepada bakabar.com, Senin (9/8).
“Hasilnya pun sangat maksimal begitupula dengan kualitasnya,” sambungnya.
Untuk membuat pakan ternak, ia cukup mengambil rumput bagian atasnya, lalu dimasukkan ke dalam mesin hingga hancur.
Kemudian, dicampur M4 pakan, ditambah bekatol (dedak benih) dan garam. Selanjutnya dimasukkan ke dalam drum atau plastik kedap udara selama 12 sampai 15 hari untuk proses permantasi.
Sementara untuk pupuk organik, bahan baku rumput bagian bawah ditambah kulit padi, kotoran hewan, garam dan sampah organik bila ada.
Selanjutnya, dihancur meggunakan mesin. Kemudian dimasukkan drum atau plastik selama 12 sampai 15 hari.
“Baik pupuk organik atau pakan ternak yang sudah jadi sebelum digunakan diangin-anginkan terlebih dahulu. Pakan ternak bisa bertahan 2 bulan dan pupuk organik bisa bertahun-tahun, hasilnya sudah saya coba,” aku Sarjana Bahasa Inggris pada ULM angkatan 1987 ini.
Rahmat bilang, dengan mesin yang dibuatnya ini dalam 8 jam, ia mampu membuat pupuk organik 1 ton. Sedangkan pakan ternak 500 kilogram hingga 1 ton.
Bapak 4 anak ini berharap, alat yang ia buat ini bisa sebagai pilot project di masyarakat. Selain mampu mengurangi sampah untuk perkotaan juga rumput pengganggu di pedesaan, alat ini juga mampu menghemat pengeluaran peternak dan pekebun.
“Yang jelas sangat ekonomis dan bisa meningkatkan perekonomian di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini,” kata pria kelahiran Banjarmasin, 56 tahun silam.
Sementara alat ini Rahmat gunakan untuk peternakan dan perkebunan pribadi. “Bila ada warga yang ingin sharing pengalaman bisa menghubungi saya di nomor 0822 1987 1457,” pungkasnya.
Resmi, Bupati Tabalong Putuskan Nasib Pembelajaran Tatap Muka