bakabar.com, KOTABARU – Sejauh ini korban longsor di Desa Marabatuan, Pulau Sembilan, Kotabaru ternyata dilaporkan masih tersisa sebanyak sepuluh kepala keluarga (KK).
Sepuluh KK ini terpaksa masih tinggal di tempat pengungsian. Sebab, rumah mereka yang terdampak longsor masih belum ada perbaikan.
“Untuk korban longsor di Desa Maradapan hanya tinggal sepuluh KK. Korban lainnya mengungsi ke Marabatuan, Kotabaru, serta Kintap, Tanah Bumbu,” ujar Kapolsek Pulau Sembilan Iptu Sumarno, dikontak bakabar.com, Senin (3/1) siang.
Kapolsek bilang, rumah para korban yang terimbas longsor pun belum ada perbaikan.
“Sejauh ini, ihwal perbaikan rumah-rumah korban masih nihil,” terang Sumarno.
Sebelumnya, Bupati Sayed Jafar mengungkapkan tanah lereng yang longsor dikarenakan beberapa faktor. Di antaranya, lantaran tanah yang gembur atau tidak padat.
Tanah yang gembur tersebut lantas hanya ditanami oleh warga dengan pohon pisang.
“Akar pohon pisang tidak kuat menahan tanah, sehingga terjadi longsor saat musim hujan,” ujar Sayed Jafar, Jumat siang lalu, di Maradapan.
Sayed Jafar bilang, agar peristiwa longsor tidak terulang, maka harus dilakukan koordinasi dengan pihak Dinas Pertanian (Distan), terkait tanaman apa yang tepat untuk bisa menahan tanah.
“Nanti dikoordinasikan tanaman apa yang cocok di lereng itu. Tanaman itu harus memiliki akar yang kuat menahan tanah, namun juga menghasilkan untuk warga,” katanya.
Sayed menambahkan, dari tanaman pisang warga memang mendapatkan hasil tambahan, dari melaut. Namun, pohon pisang mestinya hanya ditanam di kawasan dataran rendah.
“Supaya kejadian tidak terulang, pohon pisang jangan lagi ditanam di lereng seperti sekarang ini,” pungkas Sayed.
Sebagai pengingat, peristiwa tanah longsor terjadi pada Senin (29/11) sekitar pukul 13.15 Wita. Puluhan rumah dilaporkan rusak parah akibat terdampak longsor tersebut.
Sementara, diduga lantaran trauma, mayoritas korban longsor memilih mengungsi atau meninggalkan Desa Maradapan.