Terkendala Modal, Pengembangan Gas Metana di TPA Basirih Banjarmasin Berharap Dilirik Pihak Ketiga

Setelah sempat terhenti akibat Covid-19, pengembangan gas metana di TPA Basirih Banjarmasin kembali hendak dilakukan.

Featured-Image
Petugas di TPA Basirih Banjarmasin menunjukkan api yang keluar dari gas metana. Foto: apahabar.com/Riyad.

bakabar.com, BANJARMASIN - Setelah sempat terhenti akibat Covid-19, pengembangan gas metana di TPA Basirih Banjarmasin kembali hendak dilakukan.

Gas metana sendiri bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar untuk aktivitas memasak sehari-hari.

Rencananya, UPT TPA Basirih kembali menginginkan agar gas yang diproduksi itu bisa disalurkan kembali ke rumah-rumah, membantu perekonomian warga.

Gas metana bisa dihasilkan dari timbunan atau pembusukan sampah organik. Ini yang kemudian disalurkan alias dimanfaatkan.

Jika benar-benar bisa dikembangkan, program gas metana ini bisa lebih membantu proses pengurangan sampah organik di TPA Basirih.

"Dalam setahun bisa mempercepat setengah sampai satu meter sampah organik di TPA," kata Kepala UPT TPA Basirih, Agus Siswandi, beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan, pada tahun 2018 lalu, gas olahan itu pernah didistribusikan ke puluhan kepala keluarga di Handil Palung, suatu kawasan yang letaknya tak jauh dari TPA Basirih. Namun seiring berjalannya waktu, pipa penyalur gas rupanya mengalami kerusakan hingga distribusi dan pengembangannya pun tak berlanjut.

Adapun kini, gas metana masih digunakan. Tapi terbatas hanya di kantor UPT dan balai pembibitan saja.

"Kami sebenarnya ingin mengembangkannya lagi, tapi belum ada dana," ujarnya.

Agus menjelaskan, di tahun 2024 mendatang, rencana pengembangan memang kembali dilakukan. Sasaran distribusi, masih ke permukiman di Handil Palung.

Namun sayang, bila melihat anggaran yang ada, menurutnya itu belum cukup. Di tahun 2024, anggaran yang ada hanya Rp190 juta.

"Dana yang diperlukan itu cukup besar. Perkiraan, Rp200 juta saja sepertinya tak cukup. Karena harus membangunan sarananya dari awal lagi," jelasnya.

Maka, ia berharap, ada pihak ketiga yang mau diajak kerja sama. Namun lagi-lagi menurutnya, sejauh ini, pihaknya belum melihat ada pihak ketiga yang mau atau melirik potensi tersebut.

"Padahal sebenarnya, tidak hanya bisa digunakan untuk memasak saja. Tapi, juga bisa untuk dikembangkan ke arah lain. Misalnya, untuk listrik," ujarnya.

"Tapi, untuk pengembangan ke arah itu tentu memerlukan dana yang lebih besar," tutupnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner