bakabar.com, BANJARBARU – Bandara Internasional Syamsudin Noor sepi penumpang kala Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level IV.
“Penumpang selama masa PPKM memang mengalami penurunan hampir 70 persen dibanding sebelum masa PPKM,” ujar Stakeholders Relation Bandara Internasional Syamsudin Noor, Ahmad Zulfian Noor kepada bakabar.com, Kamis (26/8) siang.
Mulanya, penurunan harga tes polymerase chain reaction (PCR) dan dinyatakannya Jakarta sebagai zona hijau Covid-19 menjadi harapan baru bagi industri penerbangan ini. Namun nyatanya, itu tak berdampak signifikan.
Seperti diketahui, dalam surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes), batas maksimal biaya tes PCR di luar Pulau Jawa Bali menjadi Rp525 ribu dari sebelumnya berkisar Rp700 ribu hingga jutaan rupiah.
“Biasanya penumpang kita setiap harinya rata-rata dua ribu lebih, sekarang rata-rata di bawah seribu,” ungkapnya.
Penumpang, katanya, jauh menurun karena masyarakat lebih memilih menunda perjalanan dibanding harus mengeluarkan banyak uang untuk biaya tes PCR.
“Saat ini penumpang yang berangkat memang karena ada keperluan mendesak. Kebanyakan dari perusahaan yang ada keperluan bisnis,” ungkapnya.
Pantauan bakabar.com, sejak pagi hingga menjelang siang, memang tak tampak banyak penumpang. Malah kalah dengan jumlah porter yang berlalu lalang menunggu rezeki.
Sebelumnya, desakan menurunkan harga tes PCR lebih murah terus menguat dalam beberapa hari terakhir.
Hal ini karena harga PCR bisa lebih mahal dari biaya tiket penerbangan itu sendiri.
Presiden Joko Widodo sudah meminta ada penurunan harga ke angka Rp450 ribu hingga Rp550 ribu. Bahkan kabar terbaru harganya pada Rp 495 ribu.
Namun, tarif segitu dinilai masih terlalu besar, utamanya jika membandingkan dengan negara lain seperti India yang harga per tes hanya berkisar Rp100 ribu.