Kesenian Magelang

Tari Gedruk, Kesenian Rakyat yang Berkembang di Kedu Raya

Gedruk berasal dari bahasa Jawa 'gedrak-gedruk' yang berarti kaki menghentak-hentak pada saat menari.

Featured-Image
Pemain Gedrug Magelang dan Kostumnya (Apahabar.com/Arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Mengunjungi Magelang, kurang lengkap rasanya jika belum melihat berbagai kesenian rakyatnya yang unik.

Salah satu kesenian rakyat yang unik dan sudah berkembang di Salatiga dan Kedu Raya (Magelang, Purworejo, Temanggung dan sekitarnya) sejak zaman dahulu adalah Gedruk.

Seorang penari senior sekaligus tokoh kesenian Gedrug, Widodo (60) menuturkan, kata Gedruk berasal dari bahasa Jawa gedrak-gedruk yang berarti kakinya
menghentak-hentak pada saat menari.

"Gedruk memunculkan sifat perwatakan baik dan buruk manusia yang digambarkan pada topeng buto pemainnya," kata Widodo, Rabu (27/9).

Tarian Gedruk memiliki karakter gerak atau lakuan yang dapat disaksikan pada saat pementasan.

"Gerakannya ritmis, menghentak-hentak, banyak gelagelo (menggelengkan kepala), dan bermimik sombong," kata Widodo.

Baca Juga: Magelang Etno Carnival 2023, Upaya Hidupkan Gairah Kesenian Rakyat

Lebih lanjut, Widodo menuturkan, ciri khas dalam pertunjukan Jathilan Gedruk yaitu kidungan (nyanyian) dan babakan narasi yang digambarkan pada  gerakan penari saat pentas.

Sebelum Gedruk ditampilkan, wajib dibacakan cerita kidungan (nyanyian) sebagai narasi cerita dari penampilan kesenian rakyat tersebut.

Selain tarian yang ritmis, terdapat babak dagelan (lelucon) sebagai rangkaian kidungan pada Gedruk.

Widodo menjelaskan, Tari Gedruk biasanya diiringi alat musik kendhang, kempul, bendhe, keprak, dan gong.

"Namun di era sekarang, banyak juga yang musiknya dicampur dengan dangdut, supaya lebih semarak," imbuhnya.

Menurut dia, jumlah pemain Gedruk terdiri dari 5 hingga 30 orang tergantung besar panggung dan permintaan penonton.

Selain gerakan yang ritmis, ciri khas kesenian rakyat ini adalah babak ndadi atau kesurupan.

Tari Gedruk Magelang (Apahabar.com/Arimbihp)
Tari Gedruk Magelang (Apahabar.com/Arimbihp)

Bagian yang dianggap menyeramkan bagi sebagian orang itu justru menjadi atraksi atau daya tarik tersendiri dalam pertunjukan Gedruk.

"Saat kesurupan biasanya yang masuk bisa dari penunggu desa atau malah hewan-hewan hutan," celotehnya.

Tak hanya atraksi, masyarakat setempat meyakini, babak ndadi terkadang membawa pesan sendiri untuk mengingatkan masyarakat.

"Misalnya, manusia diingatkan untuk tidak banyak bertengkar dengan sesama, merawat gunung dan alam sekitar, serta hidup rukun," katanya.

Tarian Gedruk bukan hanya dibawakan oleh orang dewasa saja, namun juga anak-anak dengan pengawasan orang tua.

Baca Juga: Menyusuri Jejak Eks Bioskop Alhambra Magelang, Hiburan Sinyo dan Noni Belanda

Sebab, Widodo menilai, menjaga, melestarikan dan mengembangkan Tari Gedruk adalah kewajiban seluruh masyarakat.

Oleh karena itu, Tari Gedruk diajarkan Widodo seminggu dua kali di Desa Tutup, Kabupaten Magelang, agar kesenian tersebut tetap lestari.

"Setelah berlatih dan sudah bisa, Tari Gedruk akan ditampilkan para penari pada saat ada hajatan atau upacara adat," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner