Kalsel

Tantangan Pers di Era Disrupsi Digital, Ketua IJTI Kalsel: Medsos dan Netizen adalah Teman

apahabar.com, BANJARMASIN – Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kalimantan Selatan, Budi Ismanto mengatakan, tantangan pers…

Featured-Image
Pimpinan umum apahabar.com Budi Ismanto. Foto-Dok.apahabar.com

bakabar.com, BANJARMASIN - Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kalimantan Selatan, Budi Ismanto mengatakan, tantangan pers hari ini berbeda dengan pers dahulu. Keberadaan media sosial dan adanya netizen sebagai pembeda dan awak pers harus bisa beradaptasi.

Hal itu disampaikan Budi Ismanto saat menjadi nara sumber di siaran langsung Program Banua Bicara, Studio 2 TVRI Kalimantan Selatan, Senin (8/2) sore.

Budi Ismanto yang juga pemimpin media online bakabar.com itu membuka pembicaraan dengan menyebut, "Zaman tak bisa dilawan, tapi bisa dijadikan kawan."

Tantangan yang dihadapi pers dulu sangat berbeda dengan tantangan di zaman sekarang.

"Di era 80-an hingga 90-an, media cetak, televisi, dan radio berjaya. Sekarang sudah berubah," kata Budi.

Beradaptasi adalah cara terbaik untuk mengiringi zaman yang serba digital sekarang.

"Saya megutip perkataan wartawan senior, Ilham Bintang. Kata dia, 'insan pers seperti seorang yang bersuara merdu'. Bagaimana kita memaknai perubahan zaman.Dulu kita menggunakan piringan hitam, ke Kaset, Cd, lalu DVD. Era sekarang sudah ada Spootify, Youtube. Perangkatnya pun sudah berbeda, hampir semua orang punya smart phone," jelas Budi.

img

Layaknya penyanyi bersuara merdu tersebut, kata dia, wartawan harus bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Keberadaan netizen dan media sosial, kata Budi, memacu wartawan untuk menunjukkan sisi keunggulan mereka dibandingkan dengan Konten Creator. Di mana kecepatan, inovasi, dan kreatifitas adalah mutlak untuk beradaptasi di zaman ini. Di samping, menjunjung tinggi kode etik jurnalistik.

"Jangan sampai media pers kita nantinya akan tersingkir oleh kreator para netizen di media sosial, ini adalah tantangan. Namun saya meyakini pers tidak akan pernah hilang," ujarnya.

Acara yang dipandu Muhammad Rasyidi itu juga menghadirkan Ketua Bidang pendidikan PWI Kalimantan Selatan Toto Fachrudin. Toto berpandangan, tantangan pers saat ini adalah melawan informasi hoaks.

Dia mengatakan, perkembangan digital dan pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia dan Kalimantan Selatan, memaksa masyarakat lebih akrab dengan media sosial. Dengan pemahaman literasi yang kurang, mereka mudah sekali menerima informasi yang beredar di media sosial.

"Jika ada pesan berantai muncul di grup keluarga ini akan menjadi informasi yang sangat bias. Nah, pers ke depan punya tantangan paling berat adalah menjadi penyeimbang," kata Toto.

Dia menyebut citizen journalism kini menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat, akan tetapi peran pers menjadi yang utama untuk mengklarifikasi.

img



Komentar
Banner
Banner