Hot Borneo

Taktik Jitu Rabithah Alawiyah Tangkal Habib Palsu di Martapura

apahabar.com, MARTAPURA – Rabithah Alawiyah DPC Martapura-Banjarbaru turun langsung ke lapangan untuk menangkal kehadiran habib palsu….

Featured-Image
Rombongan Rabithah Alawiyah Martapura – Banjarbaru saat berfoto bersama dengan pemerintah Desa Lihung, Karang Intan, Banjar usai sosialisasi tentang habaib, Senin (30/5). Foto-apahabar.com/Hendralianor.

bakabar.com, MARTAPURA – Rabithah Alawiyah DPC Martapura-Banjarbaru turun langsung ke lapangan untuk menangkal kehadiran habib palsu.

Rabithah Alawiyah adalah organisasi yang menghimpun kaum Alawiyin di Nusantara.

Organisasi ini resmi berdiri sejak Indonesia belum merdeka, 27 Desember 1928.

Wakil Ketua Pemuda Rabithah Alawiyah DPC Martapura-Banjarbaru, Habib Ibnu Aroby bin Yusuf Alydrus mengatakan setiap sayid [keturunan Rasulullah) pasti memiliki buku nasab.

“Status sayid itu bukan tiba-tiba. Misalnya sejak kanak-kanak dikenal sebagai ahwal (sebutan selain sayid), tiba-tiba ketika dewasa mengaku habib, itu tidak bisa. Harus ada bukti-buktinya,” ucap Habib Roby, sapaan akrabnya, saat rombongan Rabithah Alawiyah bersosialisasi di Desa Lihung, Karang Intan, Kabupaten Banjar, Senin (30/5).

Ia menjelaskan buku nasab bersumber dari Maktab Daimi, lembaga otonom Rabithah Alawiyah.

Di mana lembaga ini bertugas memelihara sejarah dan silsilah keturunan Rasulullah di Indonesia.

Untuk mendapatkan buku nasab harus ada bukti sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

Pastinya melalui proses panjang, mulai administrasi hingga validasi nasab. Biasanya memakan waktu 3-5 bulan.

"Pertama mengisi formulir. Di situ mengisi nama sampai silsilahnya yang ke delapan di atas. Kemudian menuliskan siapa saja saudaranya, siapa saja nama saudara ayahnya, siapa saja nama saudara kakeknya. Ditulis semua," kata Habib Roby.

"Ketika menyebutkan nama silsilah sampai ke atas, itu pasti ketemu atau terhubung dengan nasab lainnya. Kalau bukan habib asli, silsilah di atasnya itu pasti terputus," sambungnya.

Pembuktian tak sampai di situ. Seseorang yang ingin mendapatkan buku nasab juga harus menyertakan KTP, akta kelahiran, kartu keluarga, termasuk dua saksi sesuai kabilah.

Jika formulir selesai, tim nasab DPC Rabithah akan mencek dulu kebenaran jalur silsilahnya, baru dikirim ke Rabithah pusat di Jakarta.

Dari sana kemudian dikirim lagi ke Habib Quraish Shahab, Tim Nasab Maktab Daimi di Palembang, tempat bank data nasab sayid se-Indonesia.

Setelah dicocokkan nasabnya dan sesuai, data akan diperiksa lagi oleh tim nasab Rabithah Alawiyah pusat untuk mendapatkan persetujuan Ketum Rabithah Alawiyah pusat, Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf, selanjutnya Maktab Daimi pusat baru dapat mengeluarkan buku nasab tersebut.

Sebaliknya jika tidak terbukti silsilahnya terhubung sampai Rasulullah, Maktab Daimi akan mengeluarkan keputusan bahwa si pemohon nasabnya tidak terhubung.

"Habib yang asli saja susah untuk mendapatkan buku nasab, butuh waktu lama. Jadi sejak nenek moyang kami hanya berpegang kepada nasab yang ada di Maktab Daimi, jika ada di luar Maktab Daimi yang mengaku habib, kami tidak berani bertanggung jawab," tegas Habib Roby.

Ia melanjutkan, selain dari buku nasab untuk mengetahui habib itu asli, biasanya habib yang asli selalu terkelompok sesama habib asli dalam bersosial.

"Dan yang hanya mengaku-ngaku habib tidak akan tergabung dengan habib asli, biasanya hanya sesama mereka saja," ujarnya.

Habib Roby juga mengimbau kepada masyarakat, jangan segan berkomunikasi dengan Rabithah Alawiyah jika di kampung ada kedatangan orang mengaku habib.

"Jadi kami bisa menelusuri apakah benar dia seorang sayid atau bukan," imbaunya.

Sementara itu, Kepala Desa Lihung, Aulia Rahman mengatakan sangat bersyukur dengan kedatangan rombongan habib dari Rabithah Alawiyah Martapura-Banjarbaru memberi pengetahuan mengenai nasab yang benar-benar tersambung dengan Rasulullah.

Ia menceritakan, pernah terjadi sekitar tahun 2010 silam di desa tetangganya kedatangan seseorang mengaku habib, padahal penipu. Kala itu, habib palsu tersebut juga mengaku bisa mengambilkan harta dari alam gaib.

"Warga kala itu seperti terhipnotis dan percaya saja dengan omongannya. Setengah bulan menginap difasilitasi warga, akhirnya dia membawa kabur anak gadis warga setempat. Kejadiannya itu sempat heboh, dan akhirnya tertangkap," ujar Aulia.

"Alhamdulillah dengan adanya edukasi ini kami pemerintah desa sangat terbantu, ke depan lebih mudah memilah mana habib dan bukan. Karena jika kami terkecoh, ketertiban masyarakat bisa terganggu," pungkasnya.



Komentar
Banner
Banner