Tak Berkategori

Tadarusan di Masjid Al-Karomah: Denny Tak Terima Undangan, KPU Belum Tahu

apahabar.com, BANJARMASIN – Wacana tadarusan di Masjid Al-Karomah, Martapura, Kabupaten Banjar tengah terus mengundang kontroversi. Jika…

Featured-Image
Forum Habaib Banjar berencana mengundang dua calon gubernur Kalsel dalam tadarusan di Masjid Al-Karomah, Martapura. Foto: Ist

bakabar.com, BANJARMASIN – Wacana tadarusan di Masjid Al-Karomah, Martapura, Kabupaten Banjar tengah terus mengundang kontroversi.

Jika sebelumnya pembacaan Alquran yang digagas Forum Habaib Banjar itu dinilai sarat kepentingan politis karena akan mengundang Denny Indrayana maupun Sahbirin Noor, kali ini sejumlah pihak mengaku belum menerima surat pemberitahuan. Termasuk Denny Indrayana.

“Sampai saat ini tidak ada pihak panitia yang langsung menghubungi kami,” ujar Denny melalui Tim Hukumnya, Muhammad Raziv Barokah, Sabtu (1/5).

Raziv bilang pihaknya justru mengetahui adanya wacana tadarusan itu melalui sumber lain. Padahal acara tersebut bakal digelar 2 Mei, esok.

“Jadi dapat melalui foto-foto dari WhatsApp dan berita dari media saja,” jelasnya.

Denny, kata Raziv, pada dasarnya siap hadir meski belum ada kejelasan dari panitia mengenai teknis kegiatan.

Di sisi lain, Denny juga mencermati pandangan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalsel yang menolak acara tersebut karena dianggap sebagai politisasi Alquran.

Serupa, KPU Kalsel juga belum menerima undangan atau pemberitahuan terkait wacana tadarusan itu.

“Enggak ada menerima undangan atau pemberitahuan,” ujar Komisioner KPU Divisi Hukum Nur Zazin dikonfirmasi bakabar.com secara terpisah.

KPU, kata Zazin, tegas melarang kegiatan keagamaan yang mengandung unsur kampanye di dalamnya.

“Prinsipnya kalau kampanye tidak boleh. Kalau ada unsur kampanye nanti Bawaslu yang lebih tahu,” jelasnya.

Sebelumnya, PWNU lewat Plt Ketua, Nasrullah telah mengeluarkan lima poin pernyataan sikap menolak wacana tadarusan itu.

Pertama, agar jangan memperlombakan Alquran dengan melibatkan calon gubernur atau mempolitisasi Alquran pada ranah politik.

Kedua, memperlombakan Alquran dengan adanya muatan politik justru menimbulkan perpecahan bahkan bisa memunculkan saling ejek setelah perlombaan dilaksanakan di media sosial.

Ketiga, meminta agar acara menghadirkan calon gubernur dibatalkan karena justru mengurangi nilai kekhusyukan. Acara tadarus Alquran lebih baik bersama ulama santri dan masyarakat saja.

Keempat, meminta agar para ulama kembali kepada fungsi ulama, yakni membina umat.

“Jangan sampai terjebak kepada politik praktis,” ujar Nasrullah, lewat keterangan tertulis.

Kelima, mengimbau ulama agar tidak terjebak pada ranah permainan politik praktis.

Sementara, sampai berita ini ditayangkan bakabar.com belum berhasil mengonfirmasi pihak Sahbirin Noor.

Kontroversi Tadarus Alquran di Masjid Al-Karomah: PWNU Kalsel Menolak, Pakar Beri Lampu Hijau



Komentar
Banner
Banner