bakabar.com, BANJARMASIN - Rupiah masih menjadi primadona masyarakat Kalsel dalam bertransaksi. Terutama mereka yang hidup di pesisir sungai belum mengenal transaksi non tunai.
Maka itu lah BI menurunkan tim susur sungai menyapa sejumlah masyarakat Kalsel. Senin (1/7) siang, Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Kalsel, Herawanto melepas dua perahu tim susur sungai.
Rombongan berjumlah 15 orang, lengkap dengan empat anggota Brimob bersenjata lengkap, seorang jurnalis, dua mahasiswa dari Generasi Baru Indonesia (Gendi) dan Kasir Pembayaran KPw BI Kalsel.
Pelepasan dilaksanakan di dermaga Pasar Terapung Banjarmasin. Herawanto mengatakan salah satu misi yang dibawa tim susur sungai adalah kampanye gerakan non tunai di sepanjang Sungai Barito hingga Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSS).
“Selain itu, tim susur sungai juga melakukan sosialisasi keaslian uang. Bahkan kesempatan bertemu langsung masyarakat, tim susur sungai juga punya tugas menukarkan uang lusuh," ujar Herawanto dalam pidatonya.
Raungan mesin 2 kapal kayu di tengah hari itu, menandai keberangkatan tim susur sungai dari Banjarmasin, target pertamanya adalah sandar di Dermaga Marabahan, Kabupaten Barito Kuala.
Kapal panjang atau biasa disebut masyarakat sekitar longboat ini menggunakan mesin yang sama dengan mesin truk empat silinder ini mampu melaju di atas rata-rata kapal dengan mesin disel biasa.
“Dari jaman dulu kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan, erat hubungannya dengan sungai. maka dari itu, kali ini kita mencoba mengenal lebih jauh masyarakat yang tinggal di bantaran sungai,” ucap Herawanto.
Pernyataan tersebut seakan dibenarkan Ilmi (53). Dia adalah salah satu pemilik warung terapung di Sungai Nagara, Desa Sawaia RT 2, Kecamatan Candilaras Utara Kabupaten Tapin.
Pria yang sudah bersahabat puluhan tahun dengan Sungai Nagara ini menceritakan, di jaman kakeknya, sungai jadi satu-satunya jalur penggerak ekonomi masyarakat di hulu sungai. Terbukti, sepanjang perjalanan, masih banyak rumah masyarakat yang menghadap mengarah sungai.
“Dulu kai (Kakek) cerita, orang yang tinggal di hulu berangkat ibadah haji pun lewat sungai,” kata Ilimi.
Lokasi warung Ilmi tepat berada di perbatasan Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jaraknya kira-kira dari 25 kilo meter menuju dermaga dua kabupaten tersebut.
Iimi menjelaskan, alat transaksi yang paling sering di pakai di warung adalah rupiah pecahan kecil.
“Biasanya yang jajan disini anak-anak. Putaran uang kecil sekali, Alhamdulillah kada (tidak) pernah nemu uang palsu,” sambungnya.
Pria tujuh anak ini mengaku senang dihampiri dua perahu tim susur sungai KPw BI Kalsel. Walau awalnya sedikit takut melihat ada anggota Polisi berseragam lengkap ada di kapal.
“Kalau duit asli atau palsu Insya Allah sudah kenal, tapi kalau bayar secara elektronik di sini belum ada. Paling tidak saat ini kami sudah kenal bayar secara elektonik,” ujarnya.
Selama perjalanan, tim susur sungai BI dijadwalkan sandar di 4 dermaga, yakni Dermaga Marabahan, di Barito Kuala, Dermaga Margasari di Tapin , Dermaga Nagara, di Hulu Sungai Selatan dan Dermaga Babrik Hulu Sungai Utara.
Ketua tim rombongan susur sungai KPw BI Kalsel, MAndri Rahman mengatakan perjalanan di tempuh selama lima hari. Kurang lebih sejauh 180 KM perjalanan sungai.
“Targetnya empat dermaga tiap kabupaten, tapi dalam perjalanan kita juga mampir di beberapa titik seperti warung terapung dan dermaga penyeberangan kendaraan,” tuturnya.
Dia menambahkan perjalanan berakhir di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara langsung kembali ke Banjarmasin.
Baca Juga: Tabrakan Motor Vs Truck di Martapura, Satu Orang Tewas di Tempat
Baca Juga: Kembali Berubah, Kemenag Kalsel Pastikan CJH Berangkat 9 Juli
Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Syarif