Kalsel

Sri Supadmi, Pejuang Literasi dari Tanah Bumbu

apahabar.com, BATULICIN – Inovatif, produktif, dan rendah hati. Tiga kata itu rasanya pantas disematkan kepada Sri…

Featured-Image
Pejuang Literasi dari Tanbu, Sri Supadmi. Foto-Istimewa

bakabar.com, BATULICIN – Inovatif, produktif, dan rendah hati. Tiga kata itu rasanya pantas disematkan kepada Sri Supadmi yang dikenal sebagai pejuang literasi dari Kabupaten Tanah Bumbu.

Sebutan pejuang literasi memang pantas disematkan kepada wanita kelahiran Klaten 9 Agustus 1973 itu. Kontribusinya yang besar di dunia pendidikan telah mengantarkannya meraih banyak prestasi. Bahkan lebih dari itu, pengaruhnya begitu besar di mata banyak guru, tak hanya di Tanah Bumbu, tapi juga di luar daerah.

Pada 20 September 2019 kemarin, Kepala Sekolah SMPN 2 Kusan Hulu itu menerima penghargaan Anugerah Guru Indonesia (AGI). Penghargaan tersebut diberikan oleh pengurus Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat, Muhammad Ramli Rahim, bersama Manager PT Samsung Mr. Lee di Jakarta Convention Center (JCC).

Penghargaan itu diberikan kepada Sri Supadmi karena telah melakukan inovasi pembelajaran menggunakan tablet dengan lebar layar 8 inci. Ia juga dinilai memiliki dedikasi tinggi dalam memajukan kompetensi guru-guru di Indonesia melalui bimbingan dan pelatihan publikasi ilmiah, baik secara online maupun tatap muka.

“Perjuangan saya salah satunya memudahkan guru untuk naik pangkat, karena syarat naik pengkat harus memiliki publikasi ilmiah dan karya Ilmiah,” kata ibu yang hobi memasak dan jalan-jalan itu.

Di kalangan para guru, Sri Supadmi memang dikenal sangat produktif. Selain sering menulis artikel pendidikan di beberapa koran harian di Kalsel, ia juga sudah menerbitkan beberapa buku. Beberapa karyanya antara lain, Muhibah Cinta On the Road ke Pulau Jawa, Aluh Mutiara dari Kalimantan, dan Langkah Pasti Raih Prestasi.

Pengurus IGI Tanah Bumbu itu juga sudah menerbitkan sejumlah buku antologi, di antaranya Best Practise Pembelajaran, antologi puisi Merangkai Kata Meraih Asa, dan Indonesia Is We (kumpulan motivator literasi).

Lalu, bagaimana rasanya menjadi pejuang literasi?

Butuh perjuangan panjang bagi Sri Supadmi untuk memberikan motivasi kepada para guru agar mau berkarya lewat tulisan. Semuanya ia mulai sejak 2014. Saat itu ia mulai membimbing guru khusus bimbingan konseling dan melakukan penilaian kinerja berkelanjutan kepada para guru. Lalu, pada 2015, ia mulai membimbing publikasi ilmiah terutama artikel.

Sejumlah kendala pun ia temui. Sering kali ia menemui tulisan yang tak memiliki struktur kalimat yang jelas. Hal itu membuat karya tulis sulit dibaca dan susah dipahami.

“Terkadang kita menemui guru yang menulisnya ‘awut- awutan’, kacau balau. Saya jadi pusing membaca dan bingung mau mulai dari mana, baik artikelnya apalagi PTK-nya,” jelasnya.

Sering kali ia juga merasa sedih, karena tak sedikit menemui masyarakat yang buta literasi. Mirisnya lagi, orang tersebut berprofesi sebagai guru.

Menurut dia ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang buta literasi yakni orang tersebut tidak memiliki pengetahuan terkait pentingnya literasi, tak ada motivasi, malas, tidak mau belajar, dan gagap teknologi.

Setelah mengetahui fakta-fakta itu, terbersit di benaknya untuk memajukan kompetensi guru melalui seminar dan workshop literasi. Di sana para guru bisa saling berbagi pengalaman dan pengetahuan soal dunia literasi. Hasilnya pun langsung kelihatan.

“Alhamdulillah mereka mampu. Mereka bisa naik pangkat dengan mudah, karyanya bisa dipublikasikan dengan baik. Mereka senang, saya pun bahagia,” katanya.

Kepada masyarakat dan pegiat literasi lainnya, ia meminta untuk bersama-sama menumbuhkan minat baca, lebih banyak belajar, dan bisa menyampaikan ide serta gagasan melalui tulisan dengan bahasa yang baik dan benar.

Sri menyampaikan secerdas apapun seseorang jika tidak mampu menulis, ia akan digerus zaman. Sebab dengan menulis, sejarah akan mencatat apa yang mereka tulis.

“Jangan takut untuk menulis, tak ada kata terlambat, belajar sepanjang hayat. Jangan menuntut untuk sempurna, karena semua penulis hebat itu awalnya berasal dari penulis pemula. Generasimu akan mengenalmu melalui tulisanmu, goresan penamu,” katanya.

Baca Juga: Randi Tewas, IMM Kalsel Desak Polisi Mengusut

Baca Juga: Marabahan 5K Dikuasai Pelari Luar Batola

Reporter : Puja Mandela
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner